HargaPer.com – Murah & Terbaik – JAKARTA. Di tengah proyeksi penurunan pendapatan dan laba bersih tahun ini, PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA) menegaskan komitmennya untuk terus membagikan dividen kepada para pemegang saham.
Presiden Direktur SSIA, Johannes Suriadjaja, dalam acara Public Expose Live yang digelar secara virtual pada Senin (8/9/2025), menyatakan bahwa pembagian dividen merupakan bagian dari kebijakan perusahaan. “Secara umum, SSIA akan memberikan dividen dengan rasio sekitar 30% dari laba bersih,” ujarnya, memberikan angin segar bagi para investor.
Pemangkasan Suku Bunga BI Jadi Katalis, Simak Rekomendasi Saham SSIA
Rekam jejak pembagian dividen SSIA cukup stabil. Pada tahun 2024, perseroan membagikan dividen sebesar Rp 15 per saham dari laba bersih, dengan dividend payout ratio (DPR) sebesar 30%. Setahun sebelumnya, di tahun 2023, dividen yang dibagikan adalah Rp 12 per saham dengan DPR 32%. Konsistensi ini menjadi daya tarik tersendiri bagi investor yang mencari pendapatan pasif.
Lebih lanjut, Johannes menyoroti realisasi investasi Indonesia yang positif. Kenaikan Penanaman Modal Tetap Bruto (PMTB) sebesar 6,9% di kuartal II dinilai sebagai pendorong kinerja SSIA. “Niat investor untuk masuk dan menanamkan modal di Indonesia masih cukup besar,” imbuhnya, memberikan optimisme terhadap prospek bisnis perseroan.
Optimisme ini juga didukung oleh target marketing sales SSIA di tahun 2025 sebesar 140 hektare, dengan kontribusi 20 hektare dari Karawang dan 120 hektare dari Subang Smartpolitan. Saat ini, SSIA masih aktif bernegosiasi dengan calon tenant di wilayah Subang Smartpolitan. Hingga Juni 2025, perseroan telah berhasil membebaskan lahan seluas 100 hektare.
“Kami sedang dalam proses penambahan landbank cukup signifikan. Tapi, ini masih dalam proses dan nanti pada saatnya akan diumumkan,” ungkap Johannes, mengisyaratkan potensi ekspansi yang lebih besar di masa depan.
Proyek Subang Smartpolitan sendiri didominasi oleh tenant dari sektor otomotif, mencapai 60%. Sektor heavy equipment menyusul dengan kontribusi sekitar 15-20%, sementara sisanya berasal dari berbagai sektor seperti konsumer, building material, elektronik, hingga teknologi.
“Asal negara banyaknya terutama dari China di bidang otomotif. Lalu, dari Jepang di bidang heavy equipment,” jelas Johannes, menggambarkan keragaman investor yang tertarik dengan Subang Smartpolitan.
Dihopang Subang Smartpolitan, Simak Rekomendasi Saham SSIA
Selain itu, investor asal Taiwan dan Hongkong juga telah menanamkan modal di kawasan Subang Smartpolitan, menunjukkan daya tarik kawasan industri ini di mata investor asing.
Mengenai rencana divestasi, Johannes menyatakan bahwa hal tersebut masih dalam tahap wacana. “Mungkin pada saatnya nanti kami bisa umumkan,” pungkasnya, memberikan sedikit misteri terkait langkah strategis perseroan ke depan.
Penurunan Kinerja
Di sisi lain, komitmen pembagian dividen ini tetap dipertahankan meskipun SSIA memperkirakan adanya penurunan kinerja di tahun 2025. Erlin Budiman, VP of Investor Relations & Corporate Communications SSIA, memprediksi pendapatan konsolidasi akan turun sekitar 4% secara tahunan menjadi Rp 6 triliun, dibandingkan dengan pendapatan tahun 2024 sebesar Rp 6,25 triliun.
Laba bersih juga diperkirakan mengalami penurunan sekitar 14% year on year (YoY) menjadi Rp 200 miliar, dari Rp 234 miliar di akhir tahun 2024. Penurunan ini, menurut Erlin, disebabkan oleh pergeseran pengakuan pendapatan dari penjualan lahan Sabang Smartpolitan yang baru akan diakui di awal tahun 2026.
“Penurunan net profit disebabkan sebagian backlogs dari penjualan lahan Sabang Smartpolitan baru akan diakui di awal tahun 2026. Jadi, ada pergeseran dari raihan pendapatan,” jelasnya.
Dari segmen hospitality, penurunan disebabkan oleh pembatasan anggaran pemerintah yang berdampak signifikan terhadap okupansi di Gran Melia Jakarta sepanjang awal tahun 2025.
SSIA Chart by TradingView
Selain itu, dampak Tarif Trump juga memberikan sentimen negatif terhadap kinerja SSIA di tahun ini. Menghadapi tantangan ini, SSIA menjadikan proyek Subang Smartpolitan sebagai katalis utama pertumbuhan kinerja di tahun ini dan tahun-tahun mendatang.
Sebagai informasi tambahan, SSIA membukukan pendapatan sebesar Rp 2,11 triliun per semester I 2025, turun 9,8% dari Rp 2,34 triliun pada semester I 2024. Perseroan juga menderita rugi periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk, atau rugi bersih sebesar Rp 32,34 miliar per Juni 2025, berbanding terbalik dengan laba bersih Rp 105,62 miliar per Juni 2024.