
HargaPer.com – Murah & Terbaik JAKARTA. Sektor teknologi di Bursa Efek Indonesia (BEI) menjadi primadona investasi sepanjang tahun 2025. Indeks IDX sektor teknologi mencatatkan pertumbuhan yang fantastis, melesat hingga 150,03% hingga penutupan perdagangan Kamis (4/12).
Kenaikan signifikan ini didorong oleh performa cemerlang sejumlah saham. PT Folago Global Nusantara Tbk (IRSX) menjadi bintang dengan lonjakan harga mencapai 1.480,65%. Pada akhir perdagangan Kamis (4/12), saham IRSX berada di level Rp 490, naik 13,43% dibandingkan hari sebelumnya.
Selain IRSX, saham PT Solusi Sinergi Digital Tbk (WIFI) juga mengalami pertumbuhan pesat, meroket 807,32% menjadi Rp 3.720. Tak ketinggalan, PT DCI Indonesia Tbk (DCII) mencatatkan kenaikan impresif sebesar 504,28% secara year to date.
Saham-saham teknologi milik konglomerat pun turut merasakan euforia ini. PT Multipolar Technology Tbk (MLPT) misalnya, mencatat penguatan 291,89% secara year to date. Sementara itu, saham PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK) juga tak kalah menarik, naik 162,20%.
Ini Rekomendasi Teknikal Saham PTRO, APLN, DSSA untuk Perdagangan Jumat (5/12)
Melihat fenomena ini, Investment Advisor Phintraco Sekuritas, Alrich Paskalis, berpendapat bahwa saham-saham sektor teknologi masih memiliki potensi untuk melanjutkan tren positifnya di tahun 2026. Meskipun demikian, ia memperkirakan penguatannya tidak akan se-ekstrim tahun 2025.
“Tahun depan, pasar akan lebih selektif dan fokus pada pertumbuhan riil. Valuasi saham juga sudah mulai mahal, sehingga bisnis inti perusahaan akan menjadi perhatian utama,” jelas Alrich kepada Kontan, Kamis (4/12/2025).
Dengan kata lain, Alrich menekankan bahwa hanya saham-saham yang mampu menunjukkan pertumbuhan kinerja yang konsisten yang berpeluang melanjutkan penguatannya di tahun 2026. Sebaliknya, saham yang hanya naik karena sentimen atau ekspektasi semata, berisiko memasuki fase konsolidasi.
Khusus untuk EMTK, penguatan sahamnya tak lepas dari aksi korporasi yang dilakukan oleh anak usahanya, Superbank (PT Super Bank Indonesia Tbk), yang tengah melakukan penawaran umum saham perdana (IPO). Superbank dijadwalkan untuk mencatatkan saham perdananya di Bursa Efek Indonesia pada 17 Desember 2025.
Alrich memprediksi dua skenario yang mungkin terjadi pasca-IPO SUPA. Jika IPO SUPA sukses dan kinerjanya terus bertumbuh, EMTK berpotensi mendapatkan keuntungan lebih lanjut melalui value unlocking.
“Namun, jika SUPA hanya menjadi momentum sesaat, EMTK bisa kehilangan momentum jangka pendeknya,” imbuh Alrich.
Secara umum, Alrich menambahkan, sektor teknologi masih memiliki prospek cerah di tahun depan, seiring dengan berlanjutnya digitalisasi ekonomi, pengembangan data center, kecerdasan buatan (artificial intelligence), serta pertumbuhan layanan digital banking.
“Setelah lonjakan harga yang signifikan tahun ini, pergerakan saham teknologi ke depan diperkirakan akan jauh lebih selektif dan berbasis kinerja, bukan lagi sekadar euforia sentimen,” pungkasnya.
Senada dengan Alrich, Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta, juga meyakini bahwa saham-saham di sektor teknologi masih prospektif hingga tahun depan. Salah satu faktor pendorongnya adalah sentimen positif dari potensi penurunan suku bunga.
Menurut Nafan, emiten teknologi merupakan sektor yang sedang bertumbuh dan berada dalam tahap ekspansi. Pengembangan usaha membutuhkan modal yang tidak sedikit, yang salah satunya bisa diperoleh melalui kredit perbankan. Oleh karena itu, kenaikan suku bunga akan memberatkan beban bunga yang harus ditanggung oleh emiten teknologi.
Emiten Migas Aktif Ekspansi Bisnis, Simak Prospeknya Pada 2026
“Potensi konsumsi domestik yang tinggi di layanan e-commerce yang semakin kuat dan penurunan efek biaya dalam memangkas suku bunga acuan akan mendorong prospek emiten teknologi ini,” ujar Nafan.
Dari sekian banyak saham di indeks IDX sektor Teknologi, Nafan menjatuhkan pilihannya pada EMTK. Ia merekomendasikan “beli” saham EMTK dengan target harga Rp 1.345 dan support di Rp 1.140.
Alrich sependapat, secara teknikal, EMTK lebih menarik dibandingkan saham teknologi lainnya karena kenaikan harganya cenderung stabil dan lebih likuid dibandingkan MLPT dan DCII.
Ia merekomendasikan “beli” EMTK di Rp 1.225, dengan target terdekat di Rp 1.365. Target EMTK berikutnya berada di level Rp 1.500 dan Rp 1.600. Sementara, investor disarankan untuk memasang stop loss jika EMTK bergerak di bawah Rp 1.200.