
HargaPer.com – Murah &Terbaik Murah &Terbaik – Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa melayangkan kritik tegas kepada Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara) terkait rencana lembaga tersebut untuk mengakuisisi obligasi pemerintah menggunakan dividen. Polemik ini mencuat dalam Rapat Perdana Danantara bersama Dewan Pengawas, di mana Menkeu mempertanyakan strategi investasi yang diusung oleh badan yang dipimpin oleh Rosan Roeslani tersebut.
Purbaya menyoroti potensi aliran dividen dari berbagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang diperkirakan mencapai Rp 80 hingga Rp 90 triliun setiap tahunnya ke Danantara. Jumlah yang fantastis ini, bahkan disebutkan, Rp 2 triliun di antaranya dapat dialokasikan untuk melunasi utang proyek kereta cepat Jakarta-Bandung, atau yang dikenal dengan Whoosh. Namun, rencana Danantara untuk menempatkan sebagian besar dana dividen tersebut pada obligasi pemerintah menimbulkan pertanyaan besar dari Purbaya.
“Dividen Rp 90 triliun sebagian katanya akan ditaruh di obligasi, punya saya lagi, pemerintahan lagi. Saya tadi sempat kritik, kalau Anda (Danantara) taruh obligasi begitu banyak di pemerintahan, keahlian Anda apa?” ucap Purbaya dengan nada skeptis, saat ditemui di Kantor Danantara Indonesia. Kritik ini secara langsung mempertanyakan nilai tambah dan spesialisasi yang akan diberikan Danantara jika mayoritas investasinya hanya kembali ke instrumen keuangan pemerintah.
Menanggapi kritik tersebut, pihak Danantara memberikan klarifikasi bahwa penempatan dividen pada obligasi negara tersebut bersifat temporer. Mereka menjelaskan bahwa investasi obligasi hanya akan dilakukan untuk tiga bulan terakhir tahun 2025 ini. “Tapi mereka bilang ini kan hanya 3 bulan terakhir ini karena tidak sempat buat proyek. Ke depan akan mereka perbaiki sehingga yang di obligasi itu akan buat proyek-proyek yang mendorong,” terang Purbaya, mengutip pernyataan dari Danantara. Ini mengindikasikan bahwa Danantara memiliki rencana jangka panjang untuk bergeser ke proyek-proyek yang lebih strategis.
Sebagai informasi latar belakang, Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara atau Danantara Indonesia secara resmi diluncurkan oleh Presiden Prabowo Subianto di Istana Kepresidenan Jakarta pada Senin, 24 Februari 2025. Dalam sambutannya kala itu, Presiden Prabowo menegaskan visi besar untuk lembaga ini. “Peluncuran Danantara Indonesia hari ini memiliki arti yang sangat penting karena Danantara Indonesia bukan sekadar badan pengelola investasi melainkan harus menjadi instrumen pembangunan nasional yang akan mengoptimalkan cara kita mengelola kekayaan Indonesia,” kata Prabowo, menandaskan perannya yang krusial.
Ambisi Danantara memang sangat tinggi. Dalam kesempatan lain, Presiden Prabowo pernah mengungkapkan bahwa Danantara ditargetkan akan mengelola dana kolosal senilai Rp 14,61 kuadriliun atau setara dengan sekitar USD 900 miliar. Tidak hanya itu, pendanaan awal atau initial funding Danantara juga disebutkan akan mencapai USD 20 miliar. “Pendanaan awal di 2025 akan mencapai USD 20 miliar. Kami berencana untuk memulai sekitar 15 hingga 20 proyek bernilai miliaran dolar yang akan menciptakan nilai tambah bagi Indonesia,” tambah Prabowo, menguraikan rencana konkret Danantara untuk mendorong perekonomian nasional melalui proyek-proyek investasi bernilai tinggi.