Investasi Terbaik 2024: Emas, Saham, Kripto? Panduan Pilih!

HargaPer.com – Murah & Terbaik

Dunia investasi kerap kali membingungkan, terutama bagi mereka yang baru memulai atau ingin mengoptimalkan portofolionya. Sebuah pertanyaan menggelitik di media sosial X (sebelumnya Twitter) baru-baru ini menyoroti dilema klasik: instrumen investasi manakah yang paling ideal di tengah kondisi ekonomi saat ini? Pertanyaan dari akun @tan******* pada Jumat (10/10/2025) itu berbunyi, “In this economy, mendingan investasi ke emas, crypto, atau saham?”

Investasi merupakan strategi menanamkan atau menempatkan sejumlah dana pada suatu aset dengan harapan memperoleh keuntungan atau manfaat signifikan di masa depan. Berbeda dengan tabungan yang hanya berfungsi sebagai wadah penyimpanan aset, investasi bertujuan untuk menumbuhkan nilai aset tersebut, menjadikannya pilihan menarik untuk mengembangkan kekayaan.

Lantas, apa saja sebenarnya keunggulan dan tantangan dari investasi emas, investasi kripto, dan investasi saham yang kerap menjadi perbincangan?

Baca juga: Harga Emas Naik hingga Lebih dari Rp 800.000 sejak Awal 2025, Perhatikan Ini jika Ingin Investasi

Plus minus emas, saham, dan kripto untuk investasi

Perencana keuangan terkemuka, Andi Nugroho, memaparkan secara rinci tentang kelebihan dan kekurangan dari ketiga instrumen populer ini, khususnya bagi para investor yang ingin membuat keputusan cerdas.

Berikut adalah ulasan mendalam mengenai plus minus emas, saham, dan kripto sebagai pilihan investasi Anda.

1. Emas

Emas telah lama dikenal sebagai salah satu bentuk investasi tertua yang daya tariknya tak lekang oleh waktu. Menurut Andi, daya pikat emas terletak pada sifatnya yang sederhana dan mudah dipahami oleh masyarakat luas.

“Emas itu sangat familiar bagi banyak orang. Proses membelinya mudah, dijualnya pun gampang. Karena itulah emas termasuk instrumen yang likuid,” ujar Andi, mengutip dari Kompas.com, Jumat (10/10/2025). Selain mudah diperjualbelikan, investasi emas juga sangat fleksibel dengan ketersediaan dalam berbagai pecahan, mulai dari satu gram hingga satu kilogram, memungkinkan investor menyesuaikannya dengan kemampuan modal yang dimiliki. Bentuknya yang relatif kecil memudahkan penyimpanan, bahkan dapat berfungsi ganda sebagai perhiasan.

“Dengan berbagai kelebihan itu, emas juga bisa berfungsi sebagai dana darurat,” tambahnya.

Namun, Andi juga mengingatkan bahwa investasi emas tidak lepas dari kekurangan. “Karena ukurannya kecil, risiko kehilangan atau menjadi sasaran tindak kriminal juga tinggi. Selain itu, kalau kondisi ekonomi global stabil, kenaikan harga emas biasanya tidak terlalu signifikan,” jelasnya. Oleh karena itu, emas lebih cocok untuk investasi jangka menengah hingga panjang, bukan untuk mengejar keuntungan cepat. Investor juga perlu memahami adanya selisih antara harga beli dan jual yang dapat memengaruhi hasil akhir investasi.

Baca juga: Menyikapi Pembongkaran Objek Wisata: Kepastian Hukum dan Iklim Investasi

2. Saham

Berbeda dengan emas yang cenderung stabil, investasi saham menawarkan dinamika yang jauh lebih tinggi. Andi menyebut saham sebagai instrumen yang menjanjikan potensi keuntungan fantastis, namun diiringi pula oleh risiko yang sebanding.

“Potensi kenaikan harga saham bisa fantastis, bahkan dalam satu hari saja. Tapi karena potensi untungnya tinggi, risiko ruginya juga sama besar,” kata Andi. Keunggulan lain dari saham adalah kemudahan aksesnya. Kini, siapa pun dapat membeli saham hanya dengan bermodalkan ponsel dan aplikasi investasi, menjadikan investasi saham semakin inklusif.

“Dengan kemajuan teknologi, orang bisa berinvestasi bahkan dari rumah sambil rebahan,” ujarnya. Selain itu, saham menawarkan dua jenis keuntungan: dividen bagi investor jangka panjang dan potensi keuntungan jangka pendek melalui aktivitas trading saham.

“Saham bisa jadi aset investasi untuk mendapatkan dividen, tapi juga bisa dimanfaatkan untuk investasi jangka pendek dengan menjalankan sistem trading,” jelas Andi. Meski demikian, ia menekankan bahwa saham tidak cocok untuk semua orang. Analisis yang kompleks dan fluktuasi pasar yang cepat seringkali sulit dipahami oleh investor pemula atau yang kurang menguasai teknologi.

“Akan cukup merepotkan bagi investor yang tidak techno savvy,” katanya.

Baca juga: Menyikapi Pembongkaran Objek Wisata: Kepastian Hukum dan Iklim Investasi

3. Kripto

Di antara ketiganya, investasi kripto disebut Andi sebagai instrumen dengan potensi keuntungan luar biasa, namun juga membawa risiko yang jauh lebih besar dibandingkan saham.

“Potensi keuntungan kripto bisa lebih tinggi dari saham, tapi potensi kerugiannya juga bisa jauh lebih parah,” kata Andi. Salah satu keunggulan utama kripto adalah sifatnya yang tanpa batas negara dan teritori, memungkinkan investor bertransaksi di mana saja dan kapan saja. Ada banyak pilihan aset kripto yang dapat dibeli dengan harga relatif terjangkau, dan di beberapa negara, pembayaran menggunakan kripto pun sudah mulai diterima oleh pedagang.

Namun, Andi dengan tegas menekankan bahwa kripto berbeda dari saham karena tidak memiliki underlying asset atau aset fisik yang nyata seperti halnya perusahaan. Hal ini membuat volatilitas kripto murni bergantung pada permintaan dan penawaran pasar.

“Berbeda dengan emiten saham, kripto tidak ada underlying asetnya sehingga volatilitas yang terjadi murni karena jumlah permintaan dan penawaran,” jelasnya, menggarisbawahi sifat spekulatif dari investasi kripto.

Baca juga: Ketika Batalnya Investasi LG di Indonesia Jadi Pembicaraan Media Asing…

Lantas, bagaimana cara menentukan investasi yang cocok dengan kita?

Setelah menelusuri karakteristik masing-masing instrumen, pertanyaan krusial berikutnya adalah: bagaimana menentukan pilihan investasi yang cocok dengan diri kita? Andi Nugroho menjelaskan bahwa langkah paling fundamental adalah mengenali diri sendiri dan memahami profil risiko investasi.

“Cari tahu dan pahami profil kemampuan menerima risiko kita sendiri. Apakah kita seorang yang agresif alias berani ambil risiko, konservatif yang cenderung menghindar, atau moderat di tengah-tengahnya,” ujarnya. Pemahaman tentang seberapa besar risiko yang sanggup ditanggung akan menjadi panduan utama.

Setelah itu, langkah berikutnya adalah menyesuaikan modal dan menentukan jangka waktu investasi. “Berapa lama uang kita bisa “diparkir” untuk diinvestasikan. Apakah jangka pendek kurang dari 1 tahun, jangka menengah 1-3 tahun, atau untuk jangka panjang lebih dari 3 tahun,” tambah Andi. Tak kalah penting, tujuan investasi yang ingin dicapai pun harus jelas dan terukur, seperti untuk pendidikan, pernikahan, traveling, atau persiapan pensiun.

Baca juga: Pengamat Ingatkan Dampak Kebijakan Impor BBM Satu Pintu, Disebut Ancam Iklim Investasi

You might also like