Wall Street Berdarah! Meta & Microsoft Runtuh, The Fed Bikin Panik?

HargaPer.com – Murah &Terbaik  Pasar saham Wall Street mengakhiri perdagangan Kamis (30/10/2025) dengan koreksi signifikan, di mana tiga indeks utamanya ditutup melemah. Indeks teknologi Nasdaq Composite dan S&P 500 menjadi pemicu utama penurunan ini, mengguncang sentimen investor yang sebelumnya optimistis.

Pelemahan ini didorong oleh kekhawatiran yang meningkat di kalangan investor terhadap lonjakan belanja besar-besaran untuk pengembangan Kecerdasan Buatan (AI) oleh raksasa teknologi seperti Meta dan Microsoft. Di samping itu, pasar juga mencerna sinyal kebijakan moneter yang lebih hawkish dari Federal Reserve AS, menambah tekanan jual pada sesi tersebut.

Wall Street Melemah Pasca Laporan Laba Emiten Teknologi Beragam dan Komentar The Fed

Berdasarkan laporan Reuters, Dow Jones Industrial Average merosot 109,88 poin (0,23%) menjadi 47.522,12. Sementara itu, S&P 500 turun 68,25 poin (0,99%) dan ditutup pada 6.822,34. Penurunan paling tajam dialami Nasdaq Composite yang anjlok 377,33 poin (1,57%) menjadi 23.581,14. Dari sebelas sektor utama dalam S&P 500, tujuh sektor menunjukkan pelemahan, dengan sektor consumer discretionary memimpin penurunan sebesar 2,6%. Hanya sektor real estat yang mampu menguat, naik 0,7%.

Koreksi yang terjadi pada Kamis ini mengakhiri rekor kenaikan yang dicapai tiga indeks utama selama empat sesi sebelumnya. Reli pasar tersebut dipicu oleh optimisme terhadap laporan keuangan kuartalan perusahaan dan ekspektasi akan kebijakan moneter yang lebih akomodatif dari bank sentral.

Saham Meta Platforms, induk dari Facebook dan Instagram, terpukul paling parah, anjlok 11,3%. Penurunan sehari ini menjadi yang terbesar bagi perusahaan dalam tiga tahun terakhir, setelah Meta memproyeksikan belanja modal yang “jauh lebih besar” untuk investasi AI pada tahun depan. Serupa, Microsoft juga mengalami penurunan 2,9% menyusul laporan belanja modal yang mencapai rekor hampir US$35 miliar pada kuartal pertama fiskal, dan peringatan bahwa pengeluaran akan terus meningkat sepanjang tahun.

Di tengah tekanan sektor teknologi, induk Google, Alphabet, justru berhasil mencatatkan kenaikan 2,5%. Kinerja positif ini ditopang oleh pertumbuhan stabil dalam pendapatan iklan dan layanan cloud computing-nya, yang melampaui ekspektasi pasar.

Investor tidak hanya mencerna hasil laporan laba emiten, tetapi juga menyesuaikan diri dengan sikap terbaru Federal Reserve. Meskipun The Fed memangkas suku bunga seperempat poin pada Rabu (29/10), Ketua Fed Jerome Powell memberikan sinyal yang lebih konservatif dengan memperingatkan bahwa pemotongan suku bunga tambahan pada bulan Desember tidak lagi menjadi “kepastian.” Pernyataan ini segera memicu penurunan probabilitas pemotongan suku bunga berikutnya menjadi sekitar 70% dari yang sebelumnya lebih dari 90%.

Lindsey Bell, kepala strategi di 248 Ventures, Charlotte, North Carolina, mengomentari situasi ini, “Investor berada dalam mode risk-off setelah pasar naik cukup tinggi. S&P 500 hampir menyentuh rekor tertinggi, tetapi laporan keuangan perusahaan teknologi ini tidak memenuhi ekspektasi yang sangat tinggi.” Ia juga menambahkan bahwa kekhawatiran investor masih bertumpu pada minimnya data ekonomi akibat penutupan pemerintah AS dan sikap Fed yang lebih hawkish.

Meski pasar reguler ditutup melemah, beberapa saham menunjukkan ketahanan dalam perdagangan after-hours. Saham Amazon, yang sebelumnya turun 3% pada sesi reguler, melonjak 9% dalam perdagangan setelah jam bursa. Kenaikan ini didorong oleh permintaan kuat untuk layanan cloud computing-nya, yang berhasil menutupi perlambatan pertumbuhan bisnis e-commerce. Apple juga menguat dalam perdagangan after-hours yang fluktuatif, setelah melaporkan penjualan iPhone yang solid meskipun menghadapi beberapa kendala pasokan.

Secara keseluruhan, data LSEG menunjukkan bahwa dari 222 perusahaan S&P 500 yang telah merilis laporan keuangan kuartalannya hingga Rabu, 84,2% di antaranya berhasil mengalahkan estimasi laba. Angka ini lebih tinggi dibandingkan rata-rata 77% dalam empat kuartal terakhir, menandakan kekuatan fundamental di sebagian besar sektor.

AI dan Saham Teknologi

Optimisme terhadap potensi Kecerdasan Buatan (AI) telah menjadi pendorong utama reli pasar saham AS sepanjang tahun ini, dengan perusahaan-perusahaan teknologi terkemuka menyumbang sekitar 35% dari bobot S&P 500. Namun, bahkan di segmen ini, tekanan terlihat. Saham Nvidia, pemimpin pasar dalam chip AI, turun 2% setelah sehari sebelumnya mencetak sejarah sebagai perusahaan publik pertama yang mencapai valuasi pasar lebih dari US$5 triliun.

Di sisi geopolitik, kesepakatan dagang yang sangat dinanti antara Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping tampaknya tidak memberikan dampak signifikan pada pasar hari itu. Trump setuju untuk menurunkan beberapa tarif impor China, sementara Beijing merespons dengan melanjutkan pembelian kedelai, menjaga pasokan logam tanah jarang, dan menindak perdagangan fentanyl.

Menanggapi hal ini, Jack McIntyre, manajer portofolio di Brandywine Global, berpendapat, “Jika berita baik tidak mampu memicu reaksi pasar, itu berarti informasi tersebut sudah tercermin dalam harga saham.” Hal ini menunjukkan bahwa pelaku pasar telah mengantisipasi perkembangan ini, sehingga dampaknya pada perdagangan menjadi terbatas.

You might also like