Timur Tengah Reda, IHSG Siap Melesat Pekan Ini?

JAKARTA, KOMPAS.com – Pasar saham Asia mencatat kinerja luar biasa, melesat ke level tertinggi dalam lebih dari tiga tahun, bertepatan dengan pembukaan positif di Wall Street pada Jumat, 27 Juni 2025. Optimisme pasar ini kontras dengan pelemahan dolar AS, yang tertekan oleh kekhawatiran seputar independensi The Fed dan ekspektasi penurunan suku bunga yang lebih cepat.

Kondisi pasar global juga menunjukkan sinyal positif. Indeks saham di seluruh dunia diproyeksikan akan menutup sesi perdagangan mingguan dengan catatan kenaikan, didorong oleh meredanya kekhawatiran terhadap ketegangan di kawasan Timur Tengah. Selain itu, ketidakpastian mengenai tarif dan kesepakatan perdagangan tidak lagi menjadi kekhawatiran utama bagi investor, membuka jalan bagi sentimen yang lebih baik.

Baca juga: Saham Nvidia Cetak Rekor, Kekayaan Jensen Huang Naik Rp 82 Triliun

Secara spesifik, Indeks MSCI untuk saham Asia Pasifik, di luar Jepang, mencapai titik terkuatnya sejak November 2021 pada awal sesi perdagangan. Indeks ini terakhir tercatat naik 0,2 persen, dan diprediksi akan mengakhiri minggu dengan kenaikan signifikan sebesar 3 persen. Di sisi lain, Nikkei Jepang juga melonjak tajam, naik 1,5 persen, menembus angka 40.000 untuk pertama kalinya dalam lima bulan, sebuah pencapaian yang menggarisbawahi kekuatan pasar saham regional.

Sentimen pasar yang menggembirakan ini juga didukung oleh perkembangan positif di ranah geopolitik dan ekonomi. Amerika Serikat (AS) dan China dilaporkan telah mencapai kesepakatan krusial terkait percepatan pengiriman logam tanah jarang ke AS, sebuah langkah yang diyakini dapat meredakan ketegangan dagang.

Lebih lanjut, Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, pada hari Kamis mengonfirmasi telah meminta Partai Republik di kongres untuk membatalkan usulan pajak pembalasan Pasal 899 dari Rancangan Undang-Undang (RUU) pajak. Usulan ini ditarik setelah AS mencapai kesepakatan dengan negara-negara G7, sebuah langkah yang disambut baik pasar. “Itulah yang membuat beberapa investor, terutama investor asing, gelisah ketika ketentuan itu disahkan kongres. Jadi jika ketentuan itu dihapus, maka itu meredakan salah satu kekhawatiran dari investor asing,” jelas Khoon Goh, kepala peneliti Asia di perusahaan jasa keuangan ANZ. Goh menambahkan, “Berbagai perkembangan positif ini semuanya membantu berkontribusi pada suasana pasar yang menggembirakan yang kita lihat.”

Baca juga: Melantai 9 Juli, Merry Riana Education Tawarkan 266 Juta Saham

Sementara itu, peredaan ketegangan di Timur Tengah menjadi salah satu pendorong utama optimisme pasar. Presiden Iran, Masoud Pezeshkian, pada Selasa, 24 Juni 2025, mengumumkan berakhirnya “perang 12 hari” melawan Israel. Melalui kantor berita pemerintah IRNA, Pezeshkian menyatakan bahwa Israel-lah yang mengawali konflik tersebut. Sebelumnya, gencatan senjata antara Iran dan Israel telah diumumkan oleh Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, pada Senin, 23 Juni 2025 waktu setempat, menyusul serangan pasukan Teheran terhadap pangkalan udara AS di Al Udeid, Qatar. Proposal gencatan senjata AS ini disetujui terlebih dahulu oleh Israel, disusul oleh Iran beberapa jam kemudian, menandai berakhirnya konflik yang berpotensi mengguncang pasar.

You might also like