
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) secara resmi mengimbau sektor perbankan nasional untuk mulai menyesuaikan tingkat suku bunga kredit secara bertahap. Langkah ini merupakan respons strategis menyusul keputusan Bank Indonesia (BI) yang menurunkan suku bunga acuan atau BI-Rate dari 5,25 persen menjadi 5 persen, membuka potensi pergerakan positif di pasar keuangan.
Menurut Dian Ediana Rae, Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK, ruang penyesuaian suku bunga kredit oleh bank masih cukup terbuka lebar. Penilaian ini didasarkan pada dua faktor utama: penurunan BI-Rate serta proyeksi penurunan suku bunga global yang diperkirakan terjadi pada paruh kedua tahun 2025. Dian menegaskan bahwa OJK secara konsisten mendorong bank-bank untuk meninjau kembali kebijakan suku bunganya secara bertahap. Tujuannya adalah memastikan suku bunga tetap selaras dengan dinamika pasar, menjaga rasio keuangan yang sehat, dan sekaligus menghindari terciptanya persaingan bunga yang merugikan stabilitas sistem perbankan, sebagaimana disampaikannya dalam keterangan resmi pada Ahad, 24 Agustus 2025.
Dian juga mengungkapkan bahwa suku bunga kredit perbankan sebenarnya sudah menunjukkan tren positif berupa penurunan, sejalan dengan moderasi BI-Rate. Data OJK per Juli 2025 menunjukkan bahwa rata-rata tertimbang suku bunga kredit rupiah telah menyusut 7 basis poin dibandingkan tahun sebelumnya, khususnya pada segmen kredit produktif. Namun, ia menekankan bahwa kemampuan bank untuk menurunkan suku bunga lebih jauh sangat bergantung pada efisiensi struktur biaya dana (Cost of Fund) masing-masing. Ini menjadi tantangan karena sebagian besar bank masih mengandalkan porsi dana mahal seperti deposito berjangka (time deposit) dalam komposisi Dana Pihak Ketiga (DPK) mereka. Untuk itu, strategi pendanaan yang optimal, terutama dengan meningkatkan porsi dana murah, menjadi kunci bagi bank untuk menciptakan ruang yang lebih besar dan signifikan bagi penurunan suku bunga kredit.
Di sisi lain, kekhawatiran serupa sempat disuarakan oleh Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo. Ia sebelumnya mengamati bahwa transmisi penurunan suku bunga acuan BI terhadap suku bunga kredit perbankan masih bergerak lambat, meskipun BI sendiri telah memangkas BI-Rate sebanyak empat kali sepanjang tahun 2025. Perry menyoroti bahwa pada Juli 2025, suku bunga kredit perbankan tercatat sebesar 9,16 persen, angka yang relatif stagnan dibandingkan bulan sebelumnya. Perry menegaskan pandangan BI bahwa penurunan berkelanjutan pada suku bunga kredit sangat esensial untuk memacu penyaluran kredit dan pembiayaan, yang pada gilirannya akan berkontribusi signifikan pada pencapaian pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi, demikian disampaikannya dalam konferensi pers daring pada Rabu, 20 Agustus 2025.
Menanggapi hal tersebut, Deputi Gubernur BI, Juda Agung, mengakui bahwa transmisi penurunan BI-Rate ke suku bunga kredit perbankan memang tidak secepat periode sebelumnya. Namun, ia memberikan gambaran yang lebih optimis dengan menunjuk pada data terkini yang menunjukkan indikasi awal penurunan. Sebagai contoh, suku bunga Dana Pihak Ketiga (DPK) telah bergerak turun, dari 4,85 persen pada Juni menjadi 4,75 persen pada Juli. Lebih lanjut, Juda memaparkan bahwa suku bunga kredit baru — yakni kredit yang baru disalurkan oleh bank — juga mengalami penurunan yang jelas, khususnya pada segmen kredit korporasi, kredit komersial, dan kredit UMKM. Secara spesifik, suku bunga kredit korporasi turun dari 7,58 persen menjadi 7,31 persen, kredit komersial turun dari 8,35 persen menjadi 8,26 persen, dan kredit UMKM turun dari 11,01 persen menjadi 10,86 persen.
Meskipun demikian, Juda Agung juga mengidentifikasi bahwa suku bunga kredit konsumsi belum menunjukkan pergerakan penurunan. Analisis berdasarkan kelompok bank juga memperlihatkan disparitas; sementara bank BUMN, Bank Pembangunan Daerah (BPD), dan Kantor Cabang Bank Asing (KCBA) telah proaktif menurunkan suku bunga kredit mereka, Bank Umum Swasta Nasional (BUSN) justru masih mencatatkan kenaikan pada suku bunga kreditnya. Tantangan ini menggarisbawahi perlunya strategi yang lebih terukur untuk memastikan transmisi kebijakan moneter yang merata di seluruh spektrum perbankan.
Pilihan Editor: Peluang Laba Setelah Pemangkasan Suku Bunga