
Jakarta – Emiten pengelola gerai Kentucky Fried Chicken (KFC), PT Fast Food Indonesia Tbk (FAST), kembali menyuarakan komitmennya dalam menghadapi seruan boikot yang menyasar merek KFC di pasar Indonesia. Di beberapa negara, termasuk Indonesia, KFC sempat dituding pro-Israel di tengah konflik yang memanas dengan Palestina, memicu gelombang aksi boikot dari masyarakat.
Direktur VII FAST, Dio May Avico, menjelaskan bahwa perseroan telah mengambil langkah proaktif untuk merespons dampak seruan boikot ini. “Perseroan secara proaktif telah mengimplementasikan strategi komprehensif dalam merespons dampak dari seruan boikot terhadap KFC Indonesia,” ujar Dio dalam keterangan tertulisnya, yang dikutip pada Sabtu, 28 Juni 2025.
Langkah strategis tersebut mencakup peningkatan komunikasi yang terbuka dan transparan dengan para pelanggan. Melalui berbagai kanal, KFC Indonesia berupaya menyampaikan posisi dan sikap perseroan yang tegas menjunjung tinggi prinsip netralitas usaha serta menghormati nilai-nilai luhur yang dianut masyarakat Indonesia. Selain itu, Dio menambahkan, kampanye pemasaran akan diarahkan untuk memperkuat persepsi positif masyarakat terhadap merek KFC Indonesia. Pendekatan ini menekankan nilai kebersamaan, kepedulian sosial, serta kedekatan emosional dengan konsumen, sebagai upaya fundamental untuk membangun kembali kepercayaan publik. Di samping itu, konsistensi kualitas produk dan layanan perseroan juga menjadi prioritas utama. Di tengah kondisi yang penuh tantangan, Dio menegaskan komitmen KFC untuk mempertahankan loyalitas pelanggan dan memastikan pengalaman konsumen tetap terjaga optimal.
Jurus KFC Hadapi Daya Beli Masyarakat yang Turun
Tak hanya menghadapi isu boikot, PT Fast Food Indonesia Tbk juga sigap menyikapi melemahnya daya beli masyarakat. Dio May Avico mengungkapkan bahwa perseroan akan menggelar berbagai program promosi dan diskon menarik. Langkah ini diharapkan tidak hanya menjaga keterjangkauan produk di pasar, tetapi juga mampu mendorong pertumbuhan pendapatan perusahaan.
Lebih lanjut, Dio menyebut KFC bakal menerapkan strategi harga yang lebih fleksibel. “Dengan memperhatikan sensitivitas pasar terhadap harga, kami akan menawarkan paket hemat dan produk bundling yang memberikan nilai tambah signifikan bagi konsumen,” jelasnya. Di sisi lain, FAST juga akan meluncurkan program promosi musiman atau potongan harga secara berkala. Inisiatif ini akan berjalan beriringan dengan kerja sama strategis bersama platform digital dan e-wallet untuk menghadirkan insentif ekstra bagi pelanggan setia. Optimalisasi strategi promosi melalui kanal digital dan media sosial pun menjadi fokus utama, disertai evaluasi berkala terhadap efektivitas strategi harga dan promosi yang telah diterapkan.
Dio mengakui bahwa strategi pemasaran KFC selama ini belum sepenuhnya optimal. “Perseroan mencermati bahwa selama periode pelaporan, implementasi strategi pemasaran dan promosi belum sepenuhnya memberikan hasil yang diharapkan,” katanya. Pengakuan ini menunjukkan komitmen untuk terus berinovasi dan beradaptasi.
Di tengah berbagai upaya tersebut, KFC Indonesia juga mengambil langkah strategis dalam restrukturisasi keuangan. Pada 4 Juni lalu, KFC mengumumkan telah berhasil memperoleh fasilitas pinjaman dari PT Bank Mandiri Tbk dengan penandatanganan tiga akta perjanjian kredit sekaligus. Direktur FAST, Wachjudi Martono, menjelaskan rincian pinjaman tersebut. Dalam perjanjian pertama, perusahaan menerima fasilitas kredit investasi senilai Rp 150 miliar dan Rp 50 miliar, yang akan digunakan untuk refinancing aset eksisting, termasuk gerai dan pusat dukungan restoran milik perusahaan. “Jangka waktu kredit adalah 10 tahun sejak penandatanganan,” ujar Wachjudi dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia, Selasa, 10 Juni 2025.
Pada perjanjian kedua, FAST menerima kredit sebesar Rp 525 miliar yang dialokasikan untuk refinancing pinjaman eksisting dengan masa pinjaman delapan tahun. Sementara itu, perjanjian ketiga memberikan fasilitas kredit modal kerja non-rekening koran sebesar Rp 150 miliar. Dana ini secara khusus dialokasikan untuk memenuhi kebutuhan operasional perusahaan dengan tenor satu tahun, menunjukkan upaya konkret FAST dalam memperkuat likuiditas dan keberlanjutan operasionalnya.
Perlu dicatat, sebelumnya PT Fast Food Indonesia Tbk (FAST) melaporkan kerugian periode berjalan sebesar Rp558 miliar hingga kuartal III 2024. Manajemen perseroan mengungkapkan kondisi ini salah satunya disebabkan oleh pemulihan pasca-pandemi Covid-19 yang belum sesuai rencana, serta dampak krisis berkepanjangan di Timur Tengah. “Dua masalah ini secara signifikan berdampak negatif terhadap hasil grup untuk periode sembilan bulan yang berakhir pada 30 September 2024,” demikian pernyataan manajemen dalam laporan keuangannya, yang dikutip pada Sabtu, 9 November 2024.