HargaPer.com – Murah & Terbaik JAKARTA. Kabar baik datang dari PT Timah Tbk (TINS), emiten yang merupakan bagian dari Holding Industri Pertambangan MIND ID. Hingga kuartal III-2025, TINS menunjukkan kinerja keuangan yang sangat menggembirakan dengan membukukan laba bersih sebesar Rp 602 miliar. Angka ini melonjak dua kali lipat dibandingkan laba bersih yang diraih pada semester I-2025.
Lantas, apa yang menjadi motor penggerak kesuksesan TINS kali ini? Kenaikan harga logam timah global menjadi faktor utama, didukung oleh permintaan yang terus meningkat dari sektor elektronik. Selain itu, strategi perusahaan dalam mengoptimalkan penjualan dan mengefisienkan biaya produksi juga turut berkontribusi signifikan terhadap pertumbuhan laba.
Permintaan timah global terus menunjukkan ketangguhannya, terutama dari sektor elektronik yang membutuhkan *tin solder* dan *tin chemical*. Pasar Jepang dan China menjadi penggerak utama permintaan ini. Data dari Kementerian Perdagangan RI mencatat bahwa ekspor logam timah Indonesia hingga September 2025 mencapai 37.946 metrik ton, meningkat 28% *year on year* (yoy) dibandingkan periode yang sama di tahun 2024.
Dalam konteks ekspor timah Indonesia, TINS memegang peranan penting. Perusahaan ini menyumbang sekitar 21% dari total ekspor timah Indonesia, atau sekitar 3% dari ekspor timah global yang mencapai 278.048 metrik ton.
Tren positif juga terlihat pada harga logam timah di pasar dunia. Rata-rata *Cash Settlement Price* LME hingga September 2025 mencapai US$ 32.775,58 per ton, naik 8,8% dibandingkan tahun sebelumnya. Kenaikan harga ini dimanfaatkan secara optimal oleh TINS untuk memperluas jangkauan pasar ekspor dan meningkatkan margin penjualan.
Harga Timah Menguat meski Logam Industri Lain Tertekan
Dari sisi operasional, TINS mencatat produksi bijih timah sebesar 12.197 ton Sn, sementara produksi logam timah mencapai 10.855 ton hingga September 2025. Meskipun terjadi penurunan dibandingkan tahun sebelumnya yang dipengaruhi oleh faktor cuaca, kondisi cadangan, dan aktivitas penambangan ilegal, TINS berhasil menjaga stabilitas operasional melalui peningkatan efisiensi dan pengendalian biaya produksi.
Perusahaan mencatatkan penjualan logam timah sebanyak 9.469 metrik ton pada kuartal III-2025, dengan komposisi 7% untuk pasar domestik dan 93% untuk ekspor. Enam negara utama tujuan ekspor TINS meliputi Jepang (19%), Singapura (19%), Korea Selatan (18%), Belanda (9%), Italia (4%), dan Amerika Serikat (4%).
Fokus TINS pada pasar ekspor di kawasan Asia Pasifik, Eropa, dan Amerika terbukti memberikan dampak positif. Hal ini terlihat dari peningkatan kinerja penjualan dan harga jual rata-rata logam timah TINS yang mencapai US$ 33.596 per ton, atau naik 8% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Secara finansial, TINS membukukan pendapatan sebesar Rp 6,6 triliun hingga kuartal III-2025, dengan EBITDA sebesar Rp 1,5 triliun. Dari capaian tersebut, laba bersih TINS tercatat mencapai Rp 602 miliar, atau 78% dari target laba tahun 2025 sebesar Rp 774 miliar.
Dari sisi neraca, total aset TINS mengalami kenaikan sebesar 7% menjadi Rp 13,7 triliun, sementara liabilitas meningkat 14% menjadi Rp 6,1 triliun. Ekuitas TINS juga meningkat 2% menjadi Rp 7,61 triliun, didorong oleh laba positif yang berhasil dicatatkan hingga kuartal ketiga.
Berbagai indikator keuangan utama TINS menunjukkan kondisi yang sehat hingga kuartal III-2025. Quick Ratio berada di level 32,8%, Current Ratio 177,8%, Debt to Asset Ratio 44,4%, dan Debt to Equity Ratio 79,9%. Kondisi ini mengindikasikan bahwa struktur keuangan TINS tetap solid dan likuid, sehingga mampu mendukung rencana operasional dan pengembangan bisnis perusahaan.
PT Timah (TINS) Dapat Limpahan 6 Smelter Sitaan, Begini Prospek Kinerjanya
“Seiring dengan peningkatan produksi dari kuartal ke kuartal, tren kenaikan harga logam timah global, serta dukungan pemerintah dalam perbaikan tata kelola pertambangan timah, perusahaan berhasil membukukan laba bersih sembilan bulan 2025 sebesar Rp 602 miliar, atau dua kali lipat dari capaian semester I-2025,” ungkap Fina Eliani, Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko Timah, dalam siaran pers yang disampaikan pada Jumat (31/10/2025) malam.
Lebih lanjut, Fina Eliani menjelaskan bahwa aktivitas manufaktur elektronik global, yang menjadi mesin utama permintaan timah, diperkirakan akan terus menguat. International Tin Association (ITA) memproyeksikan konsumsi logam timah global pada tahun 2025 akan tumbuh 0,6% menjadi 380.160 metrik ton, dengan suplai sebesar 374.910 metrik ton, menunjukkan kondisi pasar yang ketat.
Berdasarkan data dari Bloomberg, harga timah dunia pada tahun 2025 diproyeksikan berada di kisaran US$ 32.254 hingga US$ 34.000 per ton. Selain itu, tren jangka menengah juga akan dipengaruhi oleh pertumbuhan industri elektronik, semikonduktor, chip, digitalisasi, dan penerapan Artificial Intelligence (AI).
Dengan fondasi tata kelola yang kuat, efisiensi operasional yang terjaga, dan peluang pasar yang positif, TINS optimis dapat mempertahankan momentum pertumbuhan laba di kuartal berikutnya.
Timah (TINS) Suntik Modal ke Anak Usaha Rp 10 Miliar