
JAKARTA — Ketua Federal Reserve Jerome Powell siap memberikan kesaksian kunci di hadapan parlemen Amerika Serikat pekan ini. Melansir Bloomberg pada Selasa (24/6/2025), Powell diperkirakan akan menjelaskan alasan bank sentral tetap mempertahankan suku bunga acuan, setidaknya hingga September, meskipun menghadapi tekanan intens dari Presiden Donald Trump agar segera menurunkannya.
Kesaksian penting ini akan dimulai pada Selasa pukul 10.00 waktu setempat di Komite Jasa Keuangan DPR AS, sebelum dilanjutkan keesokan harinya di Komite Perbankan Senat. Momen ini hadir hanya beberapa hari setelah The Fed memutuskan untuk menahan suku bunga untuk keempat kalinya secara berturut-turut. Kondisi ini juga terjadi di tengah meningkatnya ketegangan geopolitik menyusul serangan AS terhadap fasilitas nuklir Iran, yang memicu kekhawatiran akan lonjakan harga minyak dan potensi guncangan terhadap ekonomi global.
Dalam pernyataan resminya nanti, Powell diprediksi akan mengulangi pesan dari konferensi pers pekan lalu, yang menekankan bahwa bank sentral berada dalam posisi yang baik untuk memantau perkembangan ekonomi sebelum mengambil langkah lebih lanjut terkait suku bunga. “Kami ingin mendapatkan lebih banyak data. Selama ekonomi tetap dalam kondisi solid, kami punya ruang untuk menunggu,” tegas Powell pekan lalu. Ia juga menegaskan bahwa beban tarif impor pada akhirnya akan ditanggung oleh konsumen akhir.
Hingga saat ini, kebijakan tarif pemerintahan Trump belum menunjukkan dampak signifikan terhadap lonjakan harga maupun peningkatan pengangguran yang dikhawatirkan sejumlah pembuat kebijakan. Bahkan, data inflasi inti pilihan The Fed diperkirakan hanya naik 0,1% pada Mei, menandai periode inflasi paling jinak dalam tiga bulan sejak 2020. Dua gubernur The Fed, Christopher Waller dan Michelle Bowman, bahkan menyatakan bahwa dampak tarif terhadap harga kemungkinan bersifat sementara dan membuka peluang pemangkasan suku bunga pada Juli. “Powell tampaknya enggan mengambil sikap tegas soal arah inflasi karena menilai risikonya terlalu tinggi jika penilaian keliru,” ujar James Egelhof, Kepala Ekonom AS di BNP Paribas.
Dampak Konflik Iran
Konflik antara Iran dan Israel, yang kini turut melibatkan AS, diprediksi akan menjadi topik pertanyaan dari anggota parlemen. Meskipun AS baru saja melancarkan serangan terhadap fasilitas nuklir Iran, harga minyak belum menunjukkan lonjakan signifikan. Dalam konferensi pers sebelumnya, Powell bersikap hati-hati menanggapi isu tersebut, menyatakan, “Kami memantau situasi, seperti semua orang. Biasanya konflik di Timur Tengah memang memicu lonjakan harga energi, tapi biasanya bersifat sementara.” Powell menambahkan, gejolak harga minyak semacam itu jarang berdampak permanen terhadap inflasi.
Tekanan Politik dari Partai Republik
Sejumlah anggota parlemen dari Partai Republik diperkirakan akan mendesak Powell untuk memberikan pembelaan lebih tegas atas kebijakan menahan suku bunga. Meskipun demikian, sebagian di antaranya mengambil pendekatan yang lebih moderat dibandingkan Presiden Trump. Dan Meuser, anggota Komite Jasa Keuangan dari Pennsylvania, melalui media sosial menyatakan bahwa Powell layak diapresiasi karena mampu menavigasi tantangan ekonomi yang sangat berat. “Namun dengan inflasi mulai turun dan pasar tenaga kerja masih kuat, manfaat dari penurunan suku bunga menjadi semakin jelas,” lanjutnya.
Sementara itu, Trump terus melancarkan serangan verbal terhadap Powell, bahkan menyebutnya sebagai salah satu orang paling bodoh dan merusak di pemerintahan. Dalam pertemuan dengan Trump pada Mei lalu, Powell menegaskan bahwa keputusan Federal Open Market Committee (FOMC) selalu didasarkan pada analisis yang hati-hati, objektif, dan bebas dari unsur politik. “Dia akan tetap tenang dan tak tergoyahkan,” ujar Mark Gertler, profesor ekonomi dari New York University. Di sisi lain, dukungan mungkin akan datang dari anggota Partai Demokrat yang khawatir independensi The Fed sedang terancam oleh tekanan politik dari kubu Republik.
Regulasi Perbankan dan Cadangan Bank
Isu lainnya yang juga mungkin dibahas dalam kesaksian Powell adalah arah regulasi sektor keuangan. Pemerintahan Trump mendorong pelonggaran aturan, termasuk dengan menunjuk Michelle Bowman sebagai penanggung jawab kebijakan pengawasan di The Fed. Bowman baru-baru ini menyarankan agar regulator meninjau kembali aturan rasio leverage tambahan yang diberlakukan sejak krisis 2008. Aturan tersebut mengharuskan bank untuk menahan modal dalam jumlah tertentu terhadap aset yang dimilikinya. Menurut laporan Bloomberg, The Fed dan regulator lainnya tengah mempertimbangkan pelonggaran aturan ini untuk meningkatkan likuiditas pasar obligasi pemerintah AS senilai US$29 triliun.
Powell juga diprediksi akan mendapat pertanyaan mengenai usulan kontroversial dari Senator Republik Ted Cruz yang ingin melarang The Fed membayar bunga atas cadangan bank. Cruz mengklaim kebijakan itu bisa menghemat anggaran hingga US$1,1 triliun dalam satu dekade, meskipun banyak analis menilai hal tersebut akan melemahkan kendali The Fed atas suku bunga jangka pendek. Ketua Komite Perbankan Senat Tim Scott memang sempat menggagalkan penggabungan usulan tersebut ke dalam paket kebijakan fiskal Trump, namun tidak sepenuhnya menolaknya. Mekanisme pembayaran bunga atas cadangan bank saat ini berfungsi sebagai batas bawah suku bunga pasar uang harian, dan menghindari bank melakukan pinjaman di bawah target The Fed.