Sinyal Suku Bunga Turun: IHSG Siap Terbang Tinggi?

HargaPer.com – Murah &Terbaik Murah &Terbaik –  – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diproyeksikan memiliki peluang untuk melanjutkan penguatan, meskipun secara terbatas, pada pekan mendatang. Sentimen positif yang berasal dari pasar global dan domestik menjadi pendorong pergerakan optimis ini. Namun, dinamika geopolitik dan ketidakpastian eksternal tetap menjadi faktor yang patut diwaspadai oleh pelaku pasar.

Analis pasar modal, Hans Kwee, menyoroti penguatan bursa Wall Street menyusul sinyal dovish yang disampaikan oleh Gubernur The Federal Reserve (The Fed), Jerome Powell, dalam pidatonya di Simposium Jackson Hole akhir pekan lalu. Menurut Hans, prospek pemotongan suku bunga The Fed di September 2025 telah meningkat signifikan, dari 75 persen menjadi 90 persen.

Powell sendiri membuka pidatonya dengan mengisyaratkan kesiapan The Fed untuk menyesuaikan arah kebijakan moneter jika diperlukan, menyatakan bahwa “keseimbangan risiko tampaknya mulai bergeser.” Pernyataan ini diinterpretasikan oleh pasar sebagai petunjuk kuat menuju potensi pemangkasan suku bunga di masa depan. Lebih lanjut, Powell mencatat kondisi pasar tenaga kerja yang seimbang namun aneh, dicirikan oleh perlambatan pasokan dan permintaan tenaga kerja yang signifikan. Situasi unik ini, imbuhnya, mengindikasikan peningkatan risiko penurunan di sektor ketenagakerjaan, yang bisa berujung pada lonjakan pemutusan hubungan kerja (PHK) dan peningkatan angka pengangguran.

Di tengah sinyal-sinyal tersebut, intervensi Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, terhadap independensi The Fed turut menjadi perhatian pasar, memicu pelemahan indeks dolar AS (USD). Pelaku pasar kini memperkirakan The Fed akan memangkas suku bunga setidaknya dua kali hingga akhir tahun ini.

Namun demikian, konflik geopolitik yang berlarut-larut masih menjadi kekhawatiran global, terutama eskalasi antara Rusia dan Ukraina. Penolakan tuntutan Rusia oleh Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy telah memicu kembali aksi saling serang, memberikan tekanan pada bursa Eropa namun secara bersamaan mendorong kenaikan harga minyak dunia, seperti yang dijelaskan oleh dosen magister Fakultas Ekonomi Bisnis Unika Atma Jaya itu.

Dari ranah domestik, keputusan Bank Indonesia (BI) yang mengejutkan pasar dengan memangkas suku bunga acuan (BI rate) menjadi sentimen positif yang kuat. Hans Kwee menilai, BI masih memiliki potensi untuk kembali memangkas suku bunga jika kondisi perekonomian tetap kondusif. Hal ini, menurutnya, akan membuka ruang yang lebih luas bagi pasar modal Indonesia untuk menguat.

Fokus utama pelaku pasar pekan ini akan tertuju pada rilis data produk domestik bruto (PDB) AS yang diperkirakan stabil, serta data indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi (PCE) yang diprediksi meningkat. Kedua data ekonomi penting ini akan menjadi pertimbangan krusial bagi The Fed dalam menentukan arah kebijakan moneternya. Dengan mempertimbangkan berbagai faktor tersebut, IHSG diproyeksikan akan bergerak dalam tren menguat, dengan level support di kisaran 7.646 hingga 7.800 dan resistance di rentang 7.952 sampai 8.017.

Chief Economist Bank Mandiri, Andry Asmoro, melaporkan bahwa penutupan pasar pada Jumat (22/8) menunjukkan penguatan indeks saham di Asia. Indeks Shanghai naik 1,4 persen ke level 3.826, sementara Hang Seng menguat 0,9 persen ke 25.339. Sementara itu, rilis inflasi tahunan Jepang pada Juli lalu melambat menjadi 3,1 persen dari 3,3 persen pada Juni lalu, meskipun masih jauh di atas target bank sentral. Data ini, menurut Asmoro, memperkuat ekspektasi bahwa Bank of Japan akan mengadopsi pendekatan yang lebih hati-hati dalam kebijakan moneternya.

IHSG sendiri mengalami penurunan 0,4 persen ke level 7.859 pada penutupan tersebut, sehingga dalam sepekan terakhir mencatatkan pelemahan 0,5 persen. Penurunan ini didominasi oleh sebagian besar sektor, terutama bahan baku dan kesehatan. Beberapa saham yang paling tertinggal meliputi BBRI yang merosot 1,2 persen ke 4.100, BBCA turun 1,2 persen ke 8.450, dan DCII terkoreksi 1,5 persen ke 340.000. Sebaliknya, saham-saham yang memimpin penguatan antara lain Elang Mahkota Teknologi (EMTK) yang naik 11,4 persen ke 1.170, Barito Renewables Energy (BREN) tumbuh 1,2 persen ke 8.525, dan Astra International (ASII) meningkat 1,3 persen ke 5.700, jelas Asmoro.

You might also like