
JAKARTA, KOMPAS.com – Sebagai salah satu komponen vital penunjang kenyamanan dan keselamatan berkendara, sistem peredam kejut atau yang lebih dikenal sebagai shockbreaker motor sering kali luput dari perhatian hingga timbul masalah. Salah satu persoalan umum yang kerap dihadapi pengendara adalah kondisi shockbreaker yang bocor. Ketika hal ini terjadi, pemilik kendaraan dihadapkan pada sebuah dilema: apakah harus mengganti dengan unit baru atau memilih jalur servis shockbreaker yang bocor?
Tidak jarang, pilihan kedua menjadi favorit banyak pemilik motor. Keputusan untuk menyervis shockbreaker yang mengalami kebocoran, alih-alih menggantinya dengan yang baru, umumnya didasari pertimbangan efisiensi biaya. Anggaran yang lebih minim menjadi daya tarik utama bagi mereka yang ingin memperbaiki masalah ini tanpa perlu merogoh kocek terlalu dalam.
Kendati demikian, penting bagi pemilik kendaraan untuk memahami akar permasalahan dan mempertimbangkan aspek daya tahan shockbreaker pasca-servis. Menurut Alfian, Kepala Mekanik Meruya Jaya di Kembangan, Jakarta Barat, penyebab utama shockbreaker bocor adalah faktor usia. “Shockbreaker yang bocor itu sudah usia. Kadang orang ada yang salah, bilang as-nya rusak disebabkan kebocoran. Padahal itu terjadi karena lapisan chrome pada as-nya sudah pudar, ini yang membuat baret dan merusak seal, sehingga menyebabkan bocor,” jelas Alfian kepada Kompas.com pada Kamis (3/7/2025).
Baret pada lapisan chrome tersebut, yang menjadi biang keladi kebocoran, dapat dipicu oleh berbagai faktor, termasuk paparan kotoran dan kerikil halus yang menempel. Secara teknis, kerusakan ini bisa diatasi dengan melapisi ulang as shockbreaker dengan chrome. Namun, opsi ini jarang dipilih oleh konsumen. Alfian menambahkan, “Orang-orang sayang di chrome lagi, karena biayanya mahal. Lebih baik ganti baru.” Pernyataan ini menegaskan bahwa biaya tinggi untuk proses re-chroming seringkali membuat penggantian unit baru terasa lebih masuk akal.
Selain kendala biaya, proses perbaikan seperti pengamplasan kembali as shockbreaker juga tidak menjamin daya tahan komponen dalam jangka panjang. Kualitas perbaikan dapat sangat dipengaruhi oleh cara pemakaian motor. Penggunaan yang tidak sewajarnya, seperti sering melintasi jalan rusak, membawa beban berlebihan, atau bahkan jarang mencuci kendaraan setelah terkena hujan, dapat mempercepat kerusakan dan membuat shockbreaker kembali bocor. Oleh karena itu, keputusan antara servis shockbreaker atau ganti baru perlu dipertimbangkan secara matang, tidak hanya dari segi biaya awal, tetapi juga potensi ketahanan dan performa di masa depan.