Bank Indonesia (BI) terus menunjukkan komitmennya dalam memperluas jangkauan sistem pembayaran digital Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) hingga ke kancah global. Inisiatif QRIS antarnegara atau crossborder ini menargetkan sejumlah mitra strategis, termasuk China, Korea Selatan, dan Arab Saudi, sebagai bagian dari upaya meningkatkan konektivitas transaksi ekonomi digital.
Deputi Direktur Departemen Kebijakan Sistem Pembayaran Bank Indonesia, Himawan Kusprianto, menjelaskan bahwa kerja sama perluasan yang paling awal menyasar Jepang, khususnya dari sisi outbound. Ini berarti mempersiapkan agar warga Jepang dapat memanfaatkan QRIS saat bertransaksi di Indonesia.
Meskipun saat ini fokus utama masih pada penggunaan QRIS inbound oleh warga Indonesia di Jepang, Himawan menegaskan bahwa persiapan untuk skema outbound, di mana warga Jepang bisa menggunakan QRIS di Tanah Air, sedang dalam proses pengerjaan.
Setelah Jepang, rencana kerja sama QRIS antarnegara yang paling dekat adalah dengan China. Proses uji coba atau sandbox untuk konektivitas ini bahkan telah dilakukan pada Agustus 2025, dengan harapan dapat diluncurkan dan diimplementasikan secara penuh pada akhir tahun ini atau awal tahun depan.
Tidak berhenti di situ, Bank Indonesia juga tengah mempersiapkan Korea Selatan sebagai negara mitra selanjutnya untuk uji coba sandboxing QRIS. Ketiga negara ini – Jepang, China, dan Korea Selatan – menjadi prioritas utama dalam agenda perluasan QRIS crossborder dalam waktu dekat.
Di luar tiga negara tersebut, Himawan juga mengungkapkan bahwa Bank Indonesia telah menjajaki potensi kerja sama QRIS dengan Arab Saudi, meskipun pembahasannya masih berada di tahap awal. Selain itu, pihak industri di Indonesia juga dilaporkan tengah membahas kemungkinan penggunaan QRIS di India, menandakan minat yang luas terhadap ekspansi pembayaran digital ini.
Secara spesifik untuk Arab Saudi, Himawan menyebutkan bahwa pertimbangan utama adalah tingginya jumlah jemaah Indonesia yang melakukan perjalanan ke sana, meskipun diskusi teknis masih belum dilakukan.
Dalam menentukan negara tujuan kerja sama, Bank Indonesia memiliki kriteria ketat. Himawan menjelaskan bahwa BI akan terlebih dahulu menganalisis faktor dan aktivitas ekonomi antara Indonesia dengan negara yang bersangkutan, serta kesiapan infrastruktur pembayarannya.
Proses kerja sama ini melibatkan apa yang disebut Struktur Bilateral Cooperation (SBC), yang akan diinisiasi oleh Departemen Internasional Bank Indonesia. Persyaratan terakhir yang tidak kalah penting adalah kesepakatan mengenai Local Currency Transaction (LCT), memastikan transaksi dapat dilakukan dalam mata uang lokal masing-masing negara.
Peluasan QRIS crossborder ini sejalan dengan pesatnya pertumbuhan pembayaran digital di Tanah Air. Pada kuartal III 2025, volume transaksi digital secara keseluruhan mencapai angka fantastis, nyaris 13 miliar atau tepatnya 12,99 miliar transaksi, menunjukkan peningkatan signifikan sebesar 38,08 persen secara tahunan (year on year/yoy).
Rincian data menunjukkan bahwa volume transaksi melalui aplikasi mobile tumbuh 13,11 persen (yoy), sementara internet banking meningkat 17,80 persen (yoy). Namun, transaksi QRIS mencatat lonjakan paling impresif dengan pertumbuhan sebesar 147,65 persen (yoy), menegaskan posisinya sebagai tulang punggung inovasi pembayaran digital.
Keberhasilan QRIS di pasar domestik juga terlihat dari jumlah penggunanya. Pada Agustus 2025, Bank Indonesia mencatat lebih dari 57 juta pengguna QRIS, mayoritas di antaranya berasal dari sektor Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Angka ini jauh melampaui data Asosiasi Kartu Kredit Indonesia (AKKI) yang mencatat 18,8 juta kartu kredit beredar di Indonesia per Juni 2025, menggarisbawahi dominasi QRIS dalam inklusi keuangan dan pembayaran modern.