
HargaPer.com – Murah &Terbaik Murah &Terbaik – – Berita internasional kembali menyuguhkan beragam peristiwa menarik yang berhasil menarik perhatian pembaca. Dari kisah menegangkan seorang pendaki yang nyaris tewas di Gunung Rinjani hingga tragedi tenggelamnya kapal kargo yang mengangkut ribuan mobil baru, dinamika global tak pernah berhenti.
Dirangkum dari berbagai sumber, berikut adalah kumpulan berita internasional terpopuler yang mengulas berbagai isu penting, mulai dari insiden berbahaya, hubungan diplomatik yang memanas, hingga analisis mendalam tentang tokoh politik, yang terjadi pada edisi Jumat (27/6/2025).
1. Kisah Pilu Pendaki Irlandia Nyaris Tewas di Rinjani, Mengenang Tragedi Juliana Marins
Seorang warga Irlandia bernama Paul Farrell mengalami nasib mengerikan yang nyaris serupa dengan Juliana Marins, pendaki asal Brasil yang meninggal dunia setelah terjatuh saat mendaki Gunung Rinjani, Indonesia. Kecelakaan ini menimpa Farrell, pria berusia 32 tahun, pada Oktober tahun lalu. Ia terjatuh sejauh 200 meter di medan yang curam dan sangat berbahaya. Farrell menceritakan pengalamannya bangun pagi-pagi sekali di base camp, memulai pendakian yang awalnya terasa mudah, namun berubah menjadi sangat sulit saat mendekati puncak gunung yang menantang.
2. Kapal Kargo Pembawa 3.000 Kendaraan Baru Tenggelam di Samudra Pasifik
Dunia maritim dikejutkan dengan tenggelamnya kapal kargo Morning Midas di Samudra Pasifik pada Senin (23/6/2025). Kapal ini membawa sekitar 3.000 unit kendaraan baru yang sedianya dikirimkan menuju Meksiko. Insiden tragis ini terjadi setelah kapal tersebut sebelumnya dilanda kebakaran pada awal Juni, menyebabkan mesinnya mati total dan tidak dapat diselamatkan. Manajemen kapal, Zodiac Maritime yang berbasis di London, mengonfirmasi bahwa Morning Midas tenggelam di perairan internasional, sekitar 770 kilometer dari daratan terdekat di Kepulauan Aleut, Alaska, menandai kerugian besar dalam industri otomotif dan pelayaran.
3. Duta Besar AS Tinggalkan Moskwa, Hubungan Bilateral AS-Rusia di Ambang Krisis
Hubungan diplomatik antara Amerika Serikat (AS) dan Rusia semakin merenggang setelah Duta Besar AS untuk Rusia secara resmi meninggalkan Moskwa. Kepergian diplomat ini menyebabkan Washington kini tidak memiliki utusan utama di Rusia, menandakan tingkat keretakan yang serius. Pemerintah Rusia sebelumnya telah berulang kali menyatakan bahwa AS belum menunjukkan kesediaan untuk memulihkan fungsi normal kedutaan masing-masing. Kondisi ini telah lama terganggu oleh serangkaian pembatasan dan aksi saling usir diplomat yang terjadi dalam beberapa tahun terakhir, memperparah ketegangan antara kedua negara adidaya.
4. Iran Bersumpah Serang Pangkalan AS Jika Terancam, Gencatan Senjata Diuji
Di tengah gencatan senjata dengan Israel, Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei mengeluarkan peringatan keras kepada Amerika Serikat. Dalam pidato pertamanya pasca-gencatan senjata, Khamenei dengan tegas menyatakan bahwa Iran akan membalas setiap serangan baru dari AS dengan melancarkan serangan terhadap pangkalan-pangkalan militer Amerika yang berlokasi di kawasan tersebut. “Iran menampar Amerika di wajahnya. Kami menyerang salah satu pangkalan Amerika yang penting di kawasan,” tegas Khamenei dalam pidato yang disiarkan televisi pada Kamis (26/6/2025), mengindikasikan potensi eskalasi konflik di masa mendatang.
5. Trump: Sebuah Refleksi Ironi dalam Demokrasi ‘Uncle Sam’
Amerika Serikat, yang seringkali mengklaim diri sebagai kampiun demokrasi dan hak asasi manusia, mercusuar kebebasan, pelindung kaum minoritas, serta pemimpin moral dunia, kini menghadapi ironi terbesar dalam politik global modern. Dalam dua pemilihan presiden berturut-turut, rakyat Amerika memilih seorang presiden, Donald Trump, yang secara terang-terangan bertindak melawan nilai-nilai yang mereka klaim. Presiden Trump membangun kekuasaan politiknya dengan menyebarkan kebohongan, mengejek lawan-lawannya, mendorong diskriminasi rasial melalui kebijakan imigrasi, dan memperlakukan demonstrasi damai sebagai ancaman keamanan nasional. Artikel opini ini mengulas secara mendalam bagaimana kepemimpinan Trump menantang persepsi tradisional tentang “Uncle Sam.”