 
             
						MALANG — Kinerja penyaluran kredit di wilayah kerja Bank Indonesia (BI) Malang pada kuartal III/2025, hingga Agustus, menunjukkan tren yang stabil dan positif. Seluruh komponen pembentuk kredit berdasarkan jenis penggunaan mencatatkan pertumbuhan positif, mengindikasikan ketahanan ekonomi regional.
Deputi Kepala Perwakilan BI Malang, Dedy Prasetyo, menegaskan bahwa tingkat risiko kredit masih terjaga di bawah ambang batas (threshold), yakni pada angka 2,65%. Menurut Dedy, dominasi penyaluran kredit di wilayah kerja BI Malang terlihat pada sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran (PHR) dengan pangsa 21,71%, diikuti oleh sektor industri pengolahan yang berkontribusi 16,86% dari total kredit. Pernyataan ini disampaikan di Malang pada Kamis (30/10/2025).
Pertumbuhan kredit pada sektor-sektor utama juga menunjukkan angka yang positif secara tahunan. Kredit investasi, misalnya, tercatat sebesar 15,73% pada triwulan II/2025, sedikit menurun menjadi 14,11% pada triwulan III/2025. Kredit modal kerja mengalami pertumbuhan 10,60% pada triwulan II/2025 dan 7,37% pada triwulan III/2025. Sementara itu, kredit konsumtif menunjukkan peningkatan dari 9,76% di triwulan II/2025 menjadi 10,14% di triwulan III/2025.
Secara sektoral, pertumbuhan kredit tahunan pada triwulan II/2025 dan triwulan III/2025 tercatat sebagai berikut: sektor PHR sebesar 8,36% dan 4,68%; Industri Pengolahan 11,13% dan 5,69%; Konstruksi memimpin dengan 26,97% dan 24,12%; serta Pertanian dan Peternakan dengan 9,26% dan 9,85%.
Gambaran positif ini sejalan dengan data dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Malang. Farid Faletehan, Kepala Kantor OJK Malang, sebelumnya mengungkapkan bahwa total penyaluran kredit/pembiayaan perbankan di wilayah kerjanya telah tumbuh 9,53% secara tahunan (yoy), dari Rp99,35 triliun pada Agustus 2024 menjadi Rp108,82 triliun pada Agustus 2025. Pertumbuhan positif ini merata di seluruh jenis bank, mulai dari Bank Umum Konvensional, Bank Umum Syariah, hingga Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS).
Meskipun kredit investasi mencatat pertumbuhan tertinggi sebesar 13,47% yoy berdasarkan jenis penggunaan, Farid menjelaskan bahwa mayoritas kredit di wilayah kerja OJK Malang masih didominasi untuk keperluan Modal Kerja, dengan porsi Rp45,23 triliun atau 41,57% dari total.
Pertumbuhan kredit juga menyebar di seluruh daerah Tingkat II di wilayah kerja OJK Malang. Kota Probolinggo menunjukkan pertumbuhan tertinggi, melonjak 33,31% yoy, dari Rp7,99 triliun pada Agustus 2024 menjadi Rp10,66 triliun pada Agustus 2025.
Fokus penyaluran kredit/pembiayaan oleh OJK Malang terutama tertuju pada sektor Rumah Tangga, yang menyerap Rp32,09 triliun (29,49%). Kemudian diikuti oleh sektor Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi dan Perawatan Mobil dan Sepeda Motor dengan Rp21,44 triliun (19,71%), serta Industri Pengolahan yang menerima Rp18,04 triliun (16,58%).
Tak hanya itu, kredit Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) turut mencatatkan pertumbuhan positif sebesar 1,77% yoy, mencapai Rp36,92 triliun per 31 Agustus 2025. Dalam segmen UMKM, Kota Probolinggo kembali menonjol dengan pertumbuhan nominal tertinggi sebesar Rp2,66 triliun, dari Rp1,74 triliun pada Agustus 2024 menjadi Rp1,97 triliun pada Agustus 2025.
Keberhasilan ini juga diiringi dengan pertumbuhan positif penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) di wilayah tersebut. Secara keseluruhan, DPK tumbuh 4,47% yoy, mencapai Rp104,81 triliun per 31 Agustus 2025.