
Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Rosan Roeslani, mengumumkan kabar menggembirakan mengenai capaian realisasi investasi Indonesia. Pada kuartal III 2025, Jawa Barat berhasil mencatatkan diri sebagai provinsi dengan realisasi investasi tertinggi. Posisi kedua ditempati oleh DKI Jakarta, diikuti oleh Sulawesi Tengah di urutan ketiga, kemudian Banten, dan Jawa Timur melengkapi daftar lima besar daerah dengan realisasi investasi terbesar.
Tren positif ini menunjukkan adanya pergeseran signifikan dalam peta persebaran investasi. Menurut Rosan, investasi kini tidak lagi terkonsentrasi di Pulau Jawa saja, melainkan mulai merata ke berbagai wilayah lain di Indonesia. Hal ini terbukti dengan masuknya Sulawesi Tengah dalam jajaran lima besar. Selain itu, Kalimantan Timur juga menorehkan angka Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) yang tinggi, mencapai Rp 23,5 triliun pada periode yang sama.
Secara khusus, Jawa Barat kembali menegaskan dominasinya dalam penyerapan investasi. Total gabungan antara Penanaman Modal Asing (PMA) dan PMDN di provinsi ini tercatat mencapai angka fantastis Rp 77,1 triliun. Perlu diketahui, PMA adalah investasi yang dilakukan oleh investor asing, sementara PMDN merupakan investasi yang berasal dari investor dalam negeri.
Rosan menambahkan, sektor-sektor yang paling mendominasi aliran investasi adalah industri logam dasar, barang logam, bukan mesin dan peralatannya, serta pertambangan. Pernyataan ini disampaikan Rosan dalam konferensi pers yang diadakan di Jakarta pada Jumat, 17 Oktober 2025. Dari sisi investor global, Singapura menduduki posisi teratas sebagai negara dengan investasi terbesar di Indonesia pada kuartal III 2025. Sementara itu, Amerika Serikat juga tercatat dalam lima besar negara investor, dengan persentase kontribusi mencapai 5,8 persen dari nilai Rp 23,5 triliun.
Pada kesempatan yang sama, Rosan juga memaparkan bahwa total realisasi investasi nasional pada kuartal III 2025 mencapai Rp 491,4 triliun. Angka ini mencerminkan tren kenaikan yang positif, terutama didorong oleh investasi hilirisasi. Sektor hilirisasi ini memberikan kontribusi yang substantial, mencapai 30 persen dari total realisasi investasi di kuartal ketiga.
Kontribusi terbesar dari hilirisasi berasal dari sektor mineral, dengan total investasi mencapai Rp 97,8 triliun. Dalam aspek ini, komoditas nikel tampil sebagai primadona dengan nilai investasi sebesar Rp 42 triliun, diikuti oleh komoditas lain seperti tembaga yang menyumbang investasi senilai Rp 21,2 triliun.
Jika dibandingkan secara kuartalan, capaian investasi pada kuartal III 2025 ini jauh melampaui dua kuartal sebelumnya. Pada kuartal I dan kuartal II 2025, realisasi investasi masing-masing tercatat sebesar Rp 465,2 triliun dan Rp 477,7 triliun. Secara kumulatif, total capaian investasi sepanjang periode Januari hingga September 2025 telah mencapai Rp 1.434,3 triliun.
Rosan menegaskan bahwa peningkatan signifikan ini merupakan buah dari kerja keras pemerintah dalam menggenjot program hilirisasi. Program ini bertujuan untuk menciptakan dampak positif yang masif, terutama dalam pembukaan lapangan kerja baru. “Dan yang paling penting, bagaimana investasi yang masuk adalah investasi yang berkelanjutan, berkesinambungan, sehingga memberikan dampak,” pungkas Rosan, menekankan pentingnya investasi jangka panjang yang memberikan manfaat nyata bagi perekonomian nasional.
Pilihan Editor: Polemik SWF ala Indonesia