
JAKARTA — Pasar saham Indonesia menunjukkan daya tarik yang signifikan bagi investor global, dengan aliran dana asing yang deras tercatat setidaknya sepanjang satu bulan perdagangan terakhir. Fenomena ini didorong oleh serangkaian faktor fundamental, salah satunya adalah pertumbuhan ekonomi Indonesia yang melampaui ekspektasi.
Meskipun pada perdagangan Kamis (28/8/2025) Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat net sell asing sebesar Rp278,76 miliar, gambaran yang lebih besar menunjukkan tren positif. Sepanjang sebulan terakhir, pasar saham Indonesia justru membukukan net buy asing yang substansial mencapai Rp9,76 triliun. Aliran modal ini berhasil menekan posisi net sell asing sepanjang tahun berjalan (year to date/ytd) 2025, yang kini menyusut menjadi Rp49,82 triliun.
Konsisten dengan derasnya arus modal asing, kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turut melonjak impresif. Dalam sebulan terakhir, IHSG berhasil menguat 5,42% dan menutup perdagangan hari ini di level 7.952,09. Puncaknya, indeks acuan ini bahkan sempat mencetak rekor tertinggi sepanjang masa (all time high/ATH) pada bulan ini, menyentuh angka 8.022,76.
Menyoroti fenomena ini, Penggiat Pasar Modal Indonesia, Reydi Octa, menilai lonjakan net buy asing dalam sebulan terakhir sebagai perkembangan yang signifikan, meskipun secara year-to-date (ytd) masih mencatatkan net sell. Reydi menjelaskan kepada Bisnis pada Kamis (28/8/2025) bahwa ini mengindikasikan minat asing yang mulai tumbuh di IHSG, meskipun belum cukup kokoh untuk disebut sebagai tren besar. Menurutnya, pendorong utama secara makro adalah ekspektasi penurunan suku bunga global, kebijakan Bank Indonesia (BI) yang juga mulai melonggarkan suku bunga, serta kinerja fundamental yang solid dari emiten-emiten berkapitalisasi besar.
Lebih lanjut, Reydi memprediksi bahwa kelanjutan momentum kebijakan dovish dari Federal Reserve (The Fed) dan Bank Indonesia akan menjadi kunci. Apabila tren ini terjaga, maka potensi capital inflow ke pasar saham Indonesia diperkirakan akan terus berlanjut.
Di sisi lain, Senior Market Chartist Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta, menambahkan perspektif lain mengenai pemicu aliran dana asing ini. Menurut Nafan, masuknya investor asing juga sangat terdorong oleh rilis data pertumbuhan ekonomi Indonesia pada semester I/2025 yang berhasil mencapai angka impresif 5,12%. Ia menegaskan, “Kinerja pertumbuhan ekonomi di atas ekspektasi mendorong optimisme bagi investor asing terhadap perekonomian ke depan.”
Nafan melanjutkan, pemerintah dinilai sukses menjaga stabilitas dan kinerja ekonomi, khususnya melalui dorongan investasi yang berperan sebagai penopang utama di tengah potensi pelemahan konsumsi. Imbas dari kebijakan moneter yang melonggar oleh bank sentral, sektor-sektor yang sensitif terhadap suku bunga Bank Indonesia juga diproyeksikan akan mengalami pemulihan signifikan pada semester II/2025.
Bank Indonesia sendiri telah menurunkan suku bunga acuannya menjadi 5% pada bulan ini. Nafan memproyeksikan, “Di sisa akhir tahun masih ada potensi penurunan suku bunga acuan BI satu hingga dua kali. Ini akan berdampak pada penurunan borrowing cost emiten,” yang tentu akan meningkatkan profitabilitas perusahaan dan menarik investor.
Tak hanya faktor domestik, sentimen global turut berperan dalam memperkuat daya tarik pasar saham Indonesia. Meredanya tensi geopolitik global, serta kebijakan tarif impor AS, menjadi beberapa pendorongnya. Lebih lanjut, harapan akan langkah Federal Reserve (The Fed) yang berpotensi melonggarkan kebijakan moneternya di masa mendatang, semakin memperkuat optimisme dan mendorong masuknya dana asing ke pasar saham Tanah Air.