AI Gantikan Programmer? Zuckerberg Ungkap Masa Depan Coding dan Kuliah

Dalam sebuah pernyataan yang menarik perhatian, CEO Meta, Mark Zuckerberg memprediksi bahwa kecerdasan buatan (AI) akan mendominasi bidang penulisan kode pemrograman (coding) dalam kurun waktu 12 hingga 18 bulan ke depan. Proyeksi ini sontak memicu pertanyaan fundamental mengenai relevansi peran tenaga manusia dalam dunia pemrograman di masa mendatang.

Dilansir dari The New Indian Express, Zuckerberg secara spesifik mengungkapkan bahwa Llama by Meta akan segera melakukan transisi tanggung jawab coding secara signifikan kepada AI. Ia menekankan bahwa ini bukan sekadar fitur pelengkap otomatis yang ada saat ini. “Yang saya maksud, jika Anda memberinya tujuan, ia dapat menjalankan pengujian dan menemukan masalah, ia akan menulis kode dengan kualitas lebih tinggi,” jelasnya, mengindikasikan kemampuan AI yang jauh melampaui bantuan dasar.

Transformasi ini tidak hanya terjadi di Meta. Perusahaan teknologi raksasa lainnya, seperti Google dan Microsoft, juga tengah mengembangkan kapabilitas serupa. Portal India Today bahkan melaporkan bahwa AI saat ini telah menulis sekitar 30 persen kode di kedua perusahaan tersebut. Lebih jauh lagi, Dario Amodei, CEO Anthropic sekaligus peneliti AI terkemuka, memperkirakan bahwa dalam 3 hingga 6 bulan ke depan, AI dapat menghasilkan hingga 90 persen dari keseluruhan penyajian kode.

Potensi Ancaman bagi Lapangan Pekerjaan

Perkembangan pesat ini, yang dibuktikan oleh pengalaman sejumlah perusahaan besar, menegaskan bahwa teknologi AI memiliki potensi untuk mengambil alih tugas yang lebih kompleks. Persentase penulisan kode oleh AI di berbagai perusahaan sangat mungkin untuk terus meningkat, bahkan melampaui peran manusia. “AI akan menulis kode dengan kualitas yang lebih tinggi daripada orang yang sangat baik dalam melakukan pemrograman,” tambah CEO Meta, seperti dikutip dari The New Indian Express.

Meskipun demikian, laman It Pro menyarankan bahwa apabila terjadi pergantian besar-besaran dalam pekerjaan pemrograman atau coding, para pekerja manusia dapat mengalihkan fokus mereka ke tugas-tugas lain yang membutuhkan kreativitas dan pemikiran tingkat tinggi. Zuckerberg optimis, “Menurut saya, di masa depan, orang-orang akan jauh lebih kreatif dan bebas melakukan hal-hal yang gila.” Senada dengan pandangan ini, CEO Nvidia, Jensen Huang, menilai bahwa dengan laju perkembangan AI yang masif, pemrograman (coding) kemungkinan besar tidak akan lagi menjadi jalur karier utama bagi generasi baru di dunia teknologi. Hal ini disebabkan oleh semakin banyaknya elemen pemrograman yang akan diotomatisasi pada masa mendatang.

Ada yang Menganggap Tak Sepenuhnya AI

Namun, ada perspektif lain yang menawarkan nuansa berbeda. Sebuah publikasi dari University of California San Diego, yang merupakan hasil kolaborasi dengan instruktur pemrograman berpengalaman, Norman McEntire dan James Gappy, menyajikan pandangan yang lebih seimbang tentang masa depan coding. Publikasi tersebut justru menyarankan bahwa AI sebaiknya dipandang sebagai mitra kerja, bukan pengganti sepenuhnya. Meskipun AI telah berevolusi dan mengalami kemajuan signifikan, kemampuannya tetap memiliki keterbatasan yang memerlukan perhatian khusus.

Kemampuan AI untuk menghasilkan informasi bisa saja menyesatkan atau bias, terutama karena segala hal yang dihasilkannya bergantung pada data masukan yang diberikan. Terkait otomatisasi, AI cenderung hanya akan melakukan tugas-tugas rutin. Hal ini justru membuka peluang bagi para pekerja manusia untuk lebih fokus pada pemecahan masalah yang lebih kompleks dan pengembangan kreativitas dalam pemrograman. Dengan solusi kolaboratif ini, efisiensi waktu dapat dicapai, dan hasil pemrograman menjadi lebih berbobot.

“Sebagai profesor, saya terus-menerus memikirkan cara untuk memasukkan AI ke dalam mata kuliah saya, dengan tujuan memadukan prinsip-prinsip pemrograman fundamental dan aplikasi AI yang inovatif. Mengajarkan AI kepada mahasiswa bukan hanya penting, tetapi krusial. Mereka yang tertinggal dalam hal ini bisa kesulitan di pasar kerja mendatang,” jelas Gappy, dikutip dari laman resmi UC San Diego. Studi pemrograman dinilai masih sangat diperlukan dan memiliki nilai tinggi. Kuncinya terletak pada pembelajaran dan praktik yang berkelanjutan, kemampuan adaptasi, serta kolaborasi yang cerdas dengan teknologi yang terus berkembang. Pada akhirnya, manusia tetaplah profesional teknologi yang dicari dan memiliki peran tak tergantikan.

You might also like