Danantara Investasi Besar! Kuasai 7 Proyek Sampah Jadi Listrik

JAKARTA, KOMPAS.comDanantara dipastikan akan mengambil peran krusial sebagai pemegang saham untuk ketujuh proyek waste to energy (WTE) atau Pengolahan Sampah menjadi Energi Listrik (PSEL) di Indonesia. Langkah strategis ini bertujuan untuk mengawal dan memastikan keberhasilan implementasi seluruh proyek WTE/PSEL tersebut.

Pengumuman penting ini disampaikan langsung oleh CEO Danantara, Rosan Roeslani, setelah menghadiri Rapat Koordinasi Terbatas (Rakortas) di Kantor Kementerian Koordinator (Kemenko) Bidang Pangan, Jakarta, pada Jumat (24/10/2025). “Danantara akan menjadi pemegang saham di semua proyek itu, untuk memastikan bahwa proyek itu jalan, jalan dengan baik dan benar,” tegas Rosan, menggarisbawahi komitmen perusahaannya.

Rosan, yang juga menjabat sebagai Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), menjelaskan bahwa skema pengolahan sampah yang akan diimplementasikan tidak hanya menargetkan sampah baru, tetapi juga akan mengolah timbunan sampah lama. Ia menambahkan, teknologi yang digunakan bukan teknologi baru, melainkan yang paling mutakhir dan telah teruji keberhasilannya di berbagai negara maju seperti Tiongkok, Jepang, dan Singapura.

“Harapannya kayak TPA-TPA nanti yang menjadi lebih bersih. Misalnya, kayak contohnya nanti di Bantargebang, kan ada 55 juta ton pada saat ini. Nanti, itu pun kita akan olah, jadi harapannya nanti itu juga lama-lama menurun dan lama-lama jadi hilang,” jelas Rosan, memberikan contoh nyata dampak positif yang diharapkan dari proyek PSEL ini terhadap lingkungan.

Dalam mengembangkan proyek-proyek vital ini, antusiasme investor ternyata sangat tinggi. Rosan mengungkapkan bahwa sebanyak 204 investor, baik dari dalam maupun luar negeri, telah menyatakan ketertarikannya untuk berpartisipasi dalam tender WTE/PSEL yang dijadwalkan akan dimulai pada November mendatang. Proses seleksi dan penawaran (bidding) diperkirakan akan berlangsung hingga awal tahun depan.

Meski demikian, Rosan menekankan bahwa keberlangsungan proyek ini tidak bergantung sepenuhnya pada partisipasi investor. Menurutnya, proyek ini akan tetap berjalan karena semua aturan dan regulasi pendukung telah jelas dan komprehensif. “Danantara memang bertugas untuk menarik para investor dalam proyek WTE,” imbuhnya, menegaskan peran perusahaan dalam mengoptimalkan pendanaan.

Lebih lanjut, ia memastikan bahwa ketujuh proyek ini sudah siap dari berbagai aspek penting, mulai dari ketersediaan sampah yang akan diolah, lahan yang memadai, pasokan air, hingga kesiapan infrastruktur listrik. Hal paling krusial, menurutnya, adalah adanya jalur distribusi yang memadai dari PT PLN (Persero) untuk menyalurkan energi listrik yang dihasilkan. “Jadi, itu juga secara komprehensif memang sudah siap untuk dilaksanakan,” pungkas Rosan.

Sementara itu, Menteri Koordinator (Menko) Bidang Pangan, Zulkifli Hasan atau Zulhas, merinci tujuh lokasi strategis yang sudah siap untuk melaksanakan groundbreaking (peletakan batu pertama) proyek WTE. Lokasi-lokasi tersebut meliputi Provinsi Bali, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Bogor, Tangerang Raya, Semarang, Bekasi Raya, serta Medan Raya.

Zulhas menyoroti bahwa Indonesia selama ini telah tertinggal dalam pengelolaan sampah, namun kini pemerintah serius mengambil langkah maju dengan menerbitkan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 109 Tahun 2025 tentang Penanganan Sampah Perkotaan Melalui Pengolahan Sampah Menjadi Energi Terbarukan Berbasis Teknologi Ramah Lingkungan. Melalui Perpres ini, sampah yang tadinya menjadi sumber penyakit, “insyaallah akan berubah menjadi energi listrik, akan menjadi lapangan kerja, dan akan menjadi sumber energi yang terbarukan,” tuntas Zulhas, menggambarkan visi besar di balik inisiatif ini.

You might also like