
HargaPer.com – Murah &Terbaik JAKARTA — Kementerian Keuangan mengumumkan bahwa Indonesia telah mendapatkan peringkat dari tiga lembaga pemeringkat global terkemuka menjelang penerbitan surat utang internasional berdenominasi dolar Australia, yang dikenal sebagai Kangaroo Bond, pada Agustus 2025. Persiapan strategis ini menandai langkah penting dalam diversifikasi pembiayaan negara.
Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan, Suminto, menjelaskan bahwa ketiga lembaga pemeringkat utama – S&P, Moody’s, dan Fitch – telah memberikan peringkat untuk setiap penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) valuta asing oleh Pemerintah Indonesia, termasuk untuk program penerbitan Kangaroo Bonds. “Ketiga lembaga tersebut telah menerbitkan peringkat untuk obligasi AUD maupun program AMTN [Australian Medium Term Note] Pemerintah Indonesia,” ujarnya kepada Bisnis, dikutip pada Kamis (31/7/2025).
Penerbitan SBN valas ini merupakan bagian integral dari strategi pembiayaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang diperkirakan mencapai Rp662 triliun pada tahun ini. Hingga semester I/2025, realisasi pembiayaan telah mencapai Rp283,6 triliun, menyisakan ruang pembiayaan sebesar Rp378,4 triliun yang akan dipenuhi melalui instrumen utang. Meski demikian, Suminto masih belum merinci besaran maupun tingkat imbal hasil atau yield dari Kangaroo Bond yang akan diterbitkan tersebut.
Secara lebih detail, S&P Global Ratings telah memberikan peringkat kredit BBB untuk obligasi pemerintah RI dalam denominasi dolar Australia yang akan diterbitkan pada Agustus 2025. Peringkat untuk obligasi perdana dalam mata uang AUD tersebut diberikan per 28 Juli 2025. Senada dengan S&P, Fitch Ratings juga telah menganugerahkan peringkat ‘BBB’ (BBB/Stable) untuk obligasi berdenominasi dolar Australia yang diusulkan oleh Indonesia. Sementara itu, Moody’s memberikan peringkat (P)Baa2 untuk obligasi tanpa jaminan dalam program Medium Term Note (MTN) baru pemerintah yang berdenominasi dolar Australia, serta peringkat yang sama untuk obligasi tanpa jaminan di bawah program tersebut. Peringkat ini secara konsisten mencerminkan peringkat issuer/penerbit jangka panjang Pemerintah Indonesia sebesar Baa2 dengan prospek stabil.
Surat utang valas ini disebutkan akan memiliki tenor 5 tahun dan 10 tahun, dengan hasil penjualannya dialokasikan untuk anggaran umum dalam APBN. Berdasarkan syarat dan ketentuan yang berlaku, obligasi yang diterbitkan dalam program MTN berdenominasi dolar Australia ini akan menjadi kewajiban langsung, tanpa syarat, dan tidak subordinat dari Pemerintah Indonesia sebagai penerbit. Obligasi tersebut akan berperingkat setara (pari passu) dengan semua utang eksternal senior tanpa jaminan yang saat ini maupun di masa mendatang diterbitkan oleh Pemerintah Indonesia.
Sebelumnya, rencana penerbitan Kangaroo Bond oleh pemerintah sebagai bagian dari pembiayaan APBN 2025 sempat diwarnai oleh sejumlah tantangan, terutama terkait adaptasi instrumen nondolar ini dalam portofolio manajer investasi lokal di Australia. Selain itu, peringkat kredit Indonesia yang dinilai masih berada pada level investment grade rendah juga menjadi perhatian, serta anggapan bahwa penerbitan ini tidak sepenuhnya selaras dengan obligasi supranasional dari negara maju yang lebih dikenal. Perusahaan manajer aset swasta Australia, Jamieson Coote Bonds, bahkan menyatakan, “Sejumlah dana mungkin tidak dapat menampung obligasi ini karena peringkat kredit Indonesia yang masih berada pada level investment grade rendah.”
Menanggapi hal tersebut, Pemerintah Indonesia telah melakukan upaya sosialisasi intensif kepada pihak Australia melalui serangkaian pertemuan investor di Canberra. Wakil Menteri Keuangan Thomas Djiwandono bahkan turun langsung ke Australia, menggelar dua pertemuan kunci pada awal pekan ini dengan Australian Prudential Regulation Authority (APRA) dan Utusan Khusus PM Australia untuk Asia Tenggara, Nicholas Moore, pada Rabu (30/7/2025).
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menegaskan bahwa keputusan final mengenai penerbitan Kangaroo Bond, yang direncanakan pada Agustus 2025, masih akan menanti hasil pertemuan investor di Australia. Mengingat bahwa penerbitan Kangaroo Bond ini akan mencetak sejarah bagi Indonesia, Sri Mulyani menekankan pentingnya melakukan evaluasi yang cermat terhadap kondisi pasar. “Kami nanti akan membuat keputusan mengenai penerbitan, apabila kondisi semuanya baik, kami berencana melakukan [penerbitan] pada Agustus [2025],” ujarnya dalam konferensi pers KSSK, Senin (28/7/2025).