
HargaPer.com – Murah &Terbaik – JAKARTA. Kurs rupiah menunjukkan kinerja positif dengan berhasil menguat pada perdagangan Kamis (3/7). Momentum penguatan mata uang Garuda ini terjadi seiring pelemahan dolar Amerika Serikat (AS) secara global, khususnya setelah rilis data ketenagakerjaan ADP Employment AS yang jauh di bawah ekspektasi pasar.
Pada akhir perdagangan Kamis (3/7), rupiah spot di platform Bloomberg terpantau menguat signifikan sebesar 0,32% secara harian, mencapai level Rp 16.195 per dolar AS. Senada, berdasarkan data JISDOR Bank Indonesia (BI), nilai tukar rupiah juga mencatatkan penguatan 0,17% dari hari sebelumnya, menembus level Rp 16.209.
Ekonom Bank Danamon, Hosianna Situmorang, menjelaskan bahwa data ADP yang lemah ini semakin memperkuat ekspektasi akan adanya pelemahan di pasar tenaga kerja AS. Kondisi ini secara langsung menekan imbal hasil obligasi AS dan menjaga indeks dolar (DXY) tetap berada pada level yang rendah.
Mata Uang Asia Diproyeksi Tetap Kuat di Tengah Pelemahan Dolar AS
“Di pasar domestik, aktivitas perdagangan spot memang cenderung sepi. Namun, kami melihat adanya aksi pembelian dolar oleh importir di area Rp 16.200, yang merupakan batas psikologis penting dalam jangka pendek,” ungkap Hosianna kepada Kontan, Kamis (3/7).
Menjelang akhir pekan ini, perhatian pelaku pasar akan tertuju pada rilis data tenaga kerja penting lainnya, yaitu Non-Farm Payrolls (NFP) AS, yang dijadwalkan pada Jumat malam waktu Jakarta.
Menurut Hosianna, jika data NFP kembali menunjukkan pelemahan, keyakinan pasar terhadap potensi pelonggaran kebijakan moneter oleh The Fed pada kuartal IV-2025 akan semakin kuat. Skenario ini berpeluang besar untuk mendorong arus modal asing masuk ke pasar negara berkembang, termasuk Indonesia.
Dolar AS Stabil, Investor Tunggu Data Ketenagakerjaan dan Arah Kebijakan The Fed
Di sisi lain, pelaku pasar juga mencermati perkembangan kebijakan dagang AS menjelang penerapan tarif baru pada 9 Juli mendatang. Sentimen ini kian menguat setelah diumumkannya kesepakatan dagang antara AS dan Vietnam pada Rabu lalu.
Untuk perdagangan Jumat (4/7), Hosianna memperkirakan rupiah akan bergerak dalam rentang yang ketat, yaitu Rp 16.160 hingga Rp 16.250 per dolar AS.
“Rupiah berpotensi menguat terbatas apabila data NFP kembali lemah. Namun, volatilitas pasar tetap berpotensi tinggi jika muncul kejutan dari rilis data atau perkembangan geopolitik dan perdagangan global,” tambahnya.
Dolar AS Melemah Jelang Rilis Data Ketenagakerjaan, Fokus ke Kebijakan The Fed
Secara jangka menengah, Hosianna menilai peluang penguatan rupiah hingga level Rp 16.000 masih terbuka lebar, selama tidak ada tekanan baru yang signifikan dari faktor eksternal.