
HargaPer.com – Murah &Terbaik Murah &Terbaik – , JAKARTA — Bursa saham Amerika Serikat (AS) menunjukkan performa gemilang sepanjang pekan lalu, didorong oleh optimisme pasar atas kesepakatan dagang yang tercapai serta rilis data ekonomi yang kian memperkuat ekspektasi pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve AS. Sentimen positif ini menciptakan momentum kenaikan signifikan di pasar finansial Negeri Paman Sam.
Berdasarkan laporan Reuters pada Senin (30/6/2025), mayoritas indeks utama Wall Street mencatat penguatan substansial. Indeks S&P 500 melonjak 3,42% sepanjang perdagangan 23–27 Juni 2025, sementara Dow Jones Industrial Average naik 3,89%, dan Nasdaq memimpin reli dengan kenaikan 4,17% dalam sepekan. Puncak dari penguatan ini terlihat pada penutupan perdagangan Jumat (28/6/2025) pekan lalu, di mana S&P 500 dan Nasdaq sukses menorehkan rekor tertinggi sepanjang masa atau all-time high. S&P 500 menguat 32,05 poin (0,52%) mencapai 6.173,07, dan Nasdaq Composite ditutup melesat 105,55 poin (0,52%) ke level 20.273,46. Pada saat yang sama, indeks Dow Jones Industrial Average juga ditutup perkasa, naik 432,43 poin (1,00%) ke level 43.819,27.
Chuck Carlson, CEO Horizon Investment Services Indiana, menyoroti ketahanan luar biasa yang ditunjukkan oleh pasar saham saat ini. Menurutnya, para investor tengah memanfaatkan momentum positif dan aktif mencari “titik tembus” atau breakout. “Mereka tak ingin tertinggal dari reli ini. Banyak investor sudah terlewatkan momentum kenaikan sebelumnya, dan kini S&P 500 kian mendekati level puncaknya,” imbuh Carlson, menggambarkan euforia yang menyelimuti pasar.
Di sisi data ekonomi, laporan Personal Consumption Expenditures (PCE) dari Departemen Perdagangan AS mengungkapkan adanya kontraksi tak terduga pada pendapatan dan belanja konsumen di bulan Mei. Meskipun dampak tarif belum sepenuhnya terefleksi dalam inflasi, laju kenaikan harga tetap di atas target tahunan The Fed sebesar 2%. Sejalan dengan itu, survei terpisah dari University of Michigan menunjukkan adanya perbaikan dalam sentimen konsumen pada Juni, meski masih di bawah tingkat optimistis yang tercatat pasca-pemilu Desember lalu. Dinamika ini turut menjadi pertimbangan penting bagi arah kebijakan moneter Federal Reserve ke depan.
Ramalan Gerak Wall Street Pekan Ini
Memasuki pekan ini, fokus utama para investor diproyeksikan beralih ke Washington. Presiden AS Donald Trump secara aktif mendesak Partai Republik untuk segera merampungkan RUU penting terkait pemotongan pajak dan peningkatan belanja, dengan target pengesahan sebelum Hari Kemerdekaan AS pada 4 Juli 2025. Kebijakan fiskal ambisius ini diharapkan mampu memberikan stimulus signifikan bagi ekonomi AS. Selain itu, investor juga akan menanti rilis data ketenagakerjaan bulanan yang dijadwalkan pada Kamis (3/7/2025), mengingat pasar saham AS akan tutup pada Jumat (4/7/2025) untuk libur nasional.
Namun, sinyal pelemahan datang dari Indeks Kejutan Ekonomi AS milik Citigroup, yang mengindikasikan bahwa sebagian besar data ekonomi terbaru cenderung meleset dari ekspektasi analis Wall Street. Matthew Miskin, Co-Chief Investment Strategist Manulife John Hancock Investments, dikutip dari Reuters (30/6/2025), memperingatkan, “Setelah data Mei yang melemah, data Juni akan benar-benar mendapat perhatian besar. Jika data memburuk, itu bisa mengguncang pasar.”
Survei Reuters memproyeksikan ekonomi AS hanya akan menambah 110.000 lapangan kerja sepanjang Juni, sebuah perlambatan signifikan dibandingkan 139.000 pada Mei. Meskipun jumlah klaim awal tunjangan pengangguran menurun, potensi kenaikan tingkat pengangguran tetap menjadi kekhawatiran jika pencari kerja kesulitan memperoleh pekerjaan baru. Brent Schutte, Chief Investment Officer di Northwestern Mutual Wealth Management, menegaskan bahwa pasar tenaga kerja akan menjadi “perhatian utama dalam beberapa pekan ke depan,” mengingat dampaknya yang krusial terhadap sentimen pasar.
Perkembangan data ketenagakerjaan ini akan sangat memengaruhi ekspektasi pasar terkait waktu pemangkasan suku bunga berikutnya oleh The Fed. Para investor juga secara ketat memantau apakah tekanan inflasi mulai menunjukkan tanda-tanda mereda, yang akan membuka ruang lebih lebar bagi kebijakan pelonggaran moneter yang dinanti-nanti.
Di samping itu, tenggat waktu 9 Juli untuk pemberlakuan tarif baru terhadap sejumlah negara turut menjadi perhatian. Menteri Keuangan AS Scott Bessent menyatakan keyakinannya bahwa kesepakatan dagang dengan 18 mitra utama AS berpotensi tercapai sebelum Hari Buruh, 1 September 2025. Perlu dicatat, saham-saham AS telah menunjukkan rebound tajam sejak anjlok pada April lalu, menyusul pengumuman kebijakan tarif oleh Trump yang ia sebut sebagai “Hari Pembebasan.” Penarikan diri Trump dari beberapa tarif paling agresif ini berhasil meredakan kekhawatiran akan potensi resesi, meskipun pasar tetap sensitif dan rentan terhadap setiap perkembangan kebijakan dagang.
Para investor juga akan mencermati setiap detail pembahasan RUU fiskal di Kongres. Hal ini penting untuk mengukur seberapa besar potensi stimulus yang akan dikucurkan dan bagaimana dampaknya terhadap defisit anggaran federal yang sedang menjadi sorotan.
Di tengah semua sentimen makroekonomi ini, musim laporan kinerja keuangan kuartal II akan segera bergulir dalam beberapa pekan mendatang. Ada kekhawatiran yang membayangi terkait dampak tarif terhadap margin laba perusahaan dan daya beli rumah tangga. Namun, berdasarkan data LSEG IBES, laba emiten S&P 500 justru diperkirakan akan tumbuh 5,9% pada kuartal II secara tahunan, menunjukkan prospek yang relatif positif. Josh Jamner, Senior Investment Strategy Analyst di ClearBridge Investments, berpandangan bahwa pasar belakangan ini sangat didominasi oleh isu geopolitik. “Saya rasa dimulainya musim laporan laba akan mengembalikan fokus pasar ke fundamental,” pungkas Jamner, menggarisbawahi pentingnya kinerja korporasi dalam menentukan arah pasar ke depan.