
Menteri Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (P2MI), Abdul Kadir Karding, secara resmi meresmikan Migrant Center di kampus Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung pada Kamis, 28 Agustus 2025. Fasilitas ini diharapkan menjadi katalisator dalam membangun ekosistem yang komprehensif untuk meningkatkan kualitas dan daya saing calon pekerja migran Indonesia di pasar kerja global. Karding menegaskan pentingnya pusat ini, mengingat UPI Bandung sudah memiliki reputasi sebagai salah satu pusat pelatihan bahasa Korea terbaik di Indonesia, sebagaimana disampaikan melalui keterangan tertulis.
Dalam kesempatan yang sama, Karding juga mengisi kuliah umum di hadapan ribuan mahasiswa baru yang tengah menjalani masa orientasi kampus. Ia secara khusus menekankan urgensi penerapan budaya keselamatan, kesehatan, dan keamanan kerja (K3) yang terintegrasi dengan nilai-nilai humanis. Mengutip data Organisasi Buruh Internasional (ILO) tahun 2024, sekitar 3 juta pekerja meninggal dunia setiap tahun akibat kecelakaan dan penyakit terkait kerja, dengan tambahan 395 juta kasus cedera non-fatal di seluruh dunia. “Fakta ini menunjukkan bahwa dunia kerja global masih menghadapi tantangan serius di balik pesatnya pertumbuhan industri dan teknologi,” ujar Karding, menyoroti realitas yang tak terhindarkan.
Di tengah tantangan tersebut, Karding mengungkapkan bahwa Indonesia memiliki peluang strategis yang signifikan di pasar kerja global. Dengan bonus demografi mencapai 153 juta angkatan kerja berdasarkan data BPS per Februari 2025, Indonesia berpotensi besar menjadi pemasok talenta profesional yang berkualitas di berbagai sektor. Hingga Agustus 2025, tercatat 323.435 lowongan kerja luar negeri di 17 sektor yang masih terbuka, menawarkan prospek penghasilan yang sangat menjanjikan. Sebagai contoh, perawat di Jerman bisa memperoleh gaji bulanan antara Rp 47–73 juta, tenaga konstruksi di Jepang sekitar Rp 25–62 juta, dan pekerja industri minyak dan gas di Qatar mencapai Rp 50–60 juta.
Karding juga menekankan peran vital mahasiswa sebagai agen perubahan. Menurutnya, mahasiswa tidak hanya perlu membekali diri dengan kompetensi bahasa asing, keterampilan teknis, dan literasi digital, tetapi juga harus menjadi motor penggerak terciptanya budaya kerja yang aman dan humanis sejak di lingkungan kampus. “Mahasiswa adalah pilar perubahan menuju Indonesia Emas 2045. Dengan keterlibatan aktif mereka, kita dapat membangun dunia kerja yang lebih adil, sehat, dan bermartabat,” tegasnya.
Sebagai bagian dari strategi besar kementerian untuk memperkuat layanan perlindungan pekerja migran, P2MI berinisiatif membuka Migrant Center dan Sekolah Vokasi Migran. Inisiatif ini mencakup layanan holistik mulai dari pra-keberangkatan, pengenalan budaya dan hukum negara tujuan, hingga reintegrasi sosial ekonomi setelah kepulangan ke Tanah Air, memastikan setiap tahap perjalanan pekerja migran mendapatkan dukungan penuh.
Khususnya di UPI, Migrant Center dirancang sebagai wadah pelatihan terintegrasi bagi mahasiswa yang bercita-cita untuk bekerja di luar negeri. Programnya meliputi penguasaan bahasa, peningkatan keterampilan teknis, penguatan mental, pengembangan soft skill, hingga pemetaan jabatan kerja yang sesuai. Rektor UPI, Didi Sukyadi, menambahkan bahwa Migrant Center ini lebih dari sekadar ruang layanan, melainkan sebuah ekosistem riset, pelatihan, advokasi, dan pemberdayaan yang komprehensif. “Tantangan terbesar pekerja migran adalah kompetensi, dan kami siap mengambil peran aktif dalam menjawabnya,” ujar Didi Sukyadi, menegaskan komitmen UPI.
Pilihan Editor: Kekayaan Menteri Karding yang Sarankan Mahasiswa Kerja di Luar Negeri