
Apa yang Anda ketahui tentang Islandia? Sebuah negara kepulauan Nordik? Jauh lebih dari itu! Dikenal luas sebagai “The Land of Fire and Ice” atau “Tanah Api dan Es”, julukan ini merujuk pada perpaduan spektakuler antara gunung berapi aktif dan gletser luas yang mendominasi bentang alamnya. Selain keindahan alamnya yang luar biasa, dengan keanekaragaman flora dan fauna yang memukau, Islandia juga kaya akan sejarah dan budaya yang menarik. Ada banyak fakta menakjubkan yang menjadikan negara ini begitu istimewa.
Untuk menambah wawasan Anda, mari kita selami tujuh fakta geografis Islandia yang akan membuka mata Anda tentang keunikan negara ini.
1. Aktivitas Vulkanik Membentuk Bentang Alam Islandia
Menurut Britannica, Islandia adalah sebuah pulau yang terletak tepat di atas Mid-Atlantic Ridge, dengan garis pantai terjal membentang lebih dari 4.800 kilometer. Keberadaannya yang dekat dengan Lingkaran Arktik menyebabkan sekitar sepersepuluh dari total wilayahnya tertutup oleh gletser raksasa. Vatnajökull, misalnya, merupakan gletser terbesar di Islandia, meliputi area seluas 8.400 kilometer persegi dengan ketebalan es rata-rata mencapai 900 meter.
Sejak tahun 1500, diperkirakan sekitar sepertiga dari total aliran lava Bumi berasal dari gunung berapi Islandia. Aktivitas vulkanik yang sangat sering terjadi, terutama sejak tahun 1970-an, telah memberikan kontribusi besar terhadap formasi bentang alam Islandia yang unik dan komposisi tanahnya. Tanah di Islandia dikenal sangat subur, kaya akan mineral dan bahan organik yang cocok untuk pertanian. Mineralnya berupa tanah loess berwarna kuning kecokelatan, terbentuk dari endapan debu halus yang terbawa angin.
2. Didominasi Dataran Tinggi
Bentang alam Islandia sebagian besar didominasi oleh dataran tinggi yang terpecah-pecah oleh patahan struktural, dengan ketinggian rata-rata 500 meter di atas permukaan laut. Puncak tertinggi di negara ini adalah Hvannadalshnjúkur, yang merupakan bagian dari gunung berapi Öræfajökull, menjulang setinggi 2.119 meter.
Sebagian besar wilayah Islandia berdiri di atas lapisan basal, yaitu batuan beku berwarna gelap yang terbentuk dari pendinginan lava. Daerah yang dilandasi oleh batuan basal ini seringkali membentuk dataran tinggi yang luas dan fjord (teluk ngarai) yang menawan. Lapisan basal cenderung cekung akibat erosi glasial yang intensif, serta terdapat dataran tinggi luas tempat berdirinya gunung berapi tunggal dengan sisi-sisi yang curam, menciptakan panorama yang dramatis.
3. Sering Mengalami Gempa Bumi dan Curah Hujan Tinggi
Meskipun gempa bumi Islandia sering terjadi, namun jarang sekali mengakibatkan kerusakan serius. Hal ini berkat kebijakan pembangunan sejak pertengahan abad ke-20, di mana sebagian besar bangunan terbuat dari beton bertulang yang dirancang khusus untuk menahan guncangan gempa bumi.
Selain itu, curah hujan tinggi di Islandia berkontribusi pada aliran sungai dan danau yang deras, terutama di bentang alam yang tertutup gletser. Fenomena alam yang khas di Islandia adalah terbentuknya fjord. Ini terjadi ketika gletser tebal bergerak dan mengikis lembah berbentuk “U” di sepanjang garis pantai. Ketika gletser ini mencair, air laut kemudian mengisi lembah-lembah tersebut, menciptakan fjord yang menjadi salah satu ciri khas geografis Islandia yang paling dikenal.
4. Melimpahnya Sumber Air Panas
Islandia unggul dibandingkan negara lain dalam hal kekayaan sumber air panas dan solfatara (lubang pada kerak Bumi yang mengeluarkan gas vulkanik). Tercatat sekitar 250 wilayah di seluruh negeri memiliki sumber air panas alkali. Salah satu yang paling mengesankan adalah Deildartunguhver, mata air panas terbesar yang mampu menyemburkan hampir 190 liter air mendidih per detik. Sementara itu, Torfajökull adalah wilayah solfatara suhu tinggi terbesar yang mengindikasikan potensi energi panas bumi Islandia yang sangat besar, diperkirakan setara dengan 1.000 megawatt.
5. Musim Dingin yang Panjang
Islandia memiliki iklim subarktik maritim, sebuah kondisi unik yang dihasilkan oleh lokasinya yang strategis di antara arus udara kutub dan tropis, serta dipengaruhi oleh pertemuan Arus Teluk (Gulf Stream) dan Arus Greenland Timur. Pergeseran suhu dan intensitas curah hujan musiman diakibatkan oleh front cuaca yang melintasi Atlantik Utara. Menariknya, iklim di Islandia jauh lebih hangat dari yang diperkirakan, meskipun titik paling utaranya hampir menyentuh Lingkaran Arktik, berkat pengaruh moderat dari Arus Teluk.
Suhu rata-rata tahunan di Reykjavík adalah 4 °C, dengan rata-rata ?0,5 °C di bulan Januari dan 11 °C di bulan Juli, menunjukkan stabilitas sepanjang tahun. Durasi turunnya salju dan intensitas curah hujan bervariasi sesuai lokasi. Pada musim panas, fenomena matahari tengah malam dapat dinikmati di Pulau Grímsey, sementara pesona Aurora Borealis (cahaya utara) sering terlihat di malam hari selama musim dingin yang panjang.
6. Flora dan Fauna yang Unik
Kehidupan tumbuhan dan hewan di Islandia terbilang unik karena lokasinya yang berada di perbatasan zona tundra dan taiga. Hanya sekitar seperempat wilayah Islandia yang ditutupi oleh vegetasi berkelanjutan, terdiri dari rawa, ladang gambut, dan sabana yang seringkali mengalami penggembalaan berlebihan.
Sebelum kedatangan manusia, rubah Arktik adalah satu-satunya mamalia darat asli Islandia. Namun, setelah itu, manusia memperkenalkan domba, tikus, mencit, dan rusa kutub. Cerpelai juga dibawa untuk produksi bulu setelah tahun 1930. Tebing-tebing laut di Islandia menjadi sarang bagi jutaan koloni Puffin Atlantik yang menggemaskan, sementara Danau Mývatn dikenal sebagai lokasi pengamatan berbagai jenis burung yang sangat baik. Jangan lupakan juga kekayaan kehidupan laut Islandia, yang dihuni oleh paus, lumba-lumba, dan anjing laut, serta sungai dan danau yang kaya akan ikan salmon dan ikan trout.
7. Etnis dan Bahasa
Sejarah asal usul penduduk Islandia memiliki narasi yang begitu menarik dan unik, didominasi oleh kedatangan bangsa Viking dari Norwegia dan pemukim dari Irlandia, yang kemudian diikuti oleh bangsa Norse dan Celtic. Pemukiman pertama yang tercatat secara resmi adalah pada tahun 874 M, ketika Ingólfur Arnarson, seorang kepala suku Norwegia, menetap di barat daya Islandia dan mendirikan kota Reykjavik.
Pada masa itu, bahasa yang dominan adalah Bahasa Norse Kuno dari Norwegia. Seiring waktu, bahasa ini berevolusi menjadi Bahasa Islandia, yang merupakan bagian dari rumpun bahasa Jermanik Utara, dan kini menjadi bahasa nasional Islandia. Bahasa Islandia modern masih mempertahankan banyak ciri khas dari Norse Kuno, menjadikannya salah satu bahasa tertua yang masih hidup.
Secara keseluruhan, karakteristik geografi Islandia yang ekstrem dan dinamis telah menghasilkan lanskap yang benar-benar unik, dan secara mendalam memengaruhi kehidupan serta budaya penduduknya. Keindahan alam yang menakjubkan ini menjadikan Islandia tujuan populer untuk pariwisata petualangan dan pengamatan alam. Keajaiban alam yang tak ternilai ini sudah sepatutnya dilestarikan demi masa depan yang berkelanjutan dan untuk dinikmati generasi mendatang.