
HargaPer.com – Murah &Terbaik JAKARTA. Tiga saham pertambangan milik pemerintah akan memberikan dividen kepada investor. Bahkan, dua dividen saham tersebut bernilai jumbo.
Kabar gembira bagi para investor saham! Tiga emiten pertambangan pelat merah siap membagikan dividen tunai kepada para pemegang sahamnya, dengan dua di antaranya menawarkan nilai yang sangat signifikan atau “jumbo”. Namun, investor perlu bergerak cepat karena jadwal cum date dividen saham-saham ini akan segera tiba hari ini, Jumat, 20 Juni 2025. Pertanyaan yang muncul adalah, saham tambang mana yang masih prospektif untuk dibeli atau justru sebaiknya dijual?
Keputusan mengenai pembayaran dividen saham dari sektor pertambangan ini telah disepakati dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) Tahun Buku 2024. RUPST tersebut diselenggarakan pada Kamis, 12 Juni 2024, menetapkan besaran dan jadwal pembagian dividen untuk periode tersebut.
Ketiga emiten pertambangan yang akan membagikan dividen adalah PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), PT Bukit Asam Tbk (PTBA), dan PT Timah Tbk (TINS). Masing-masing perusahaan ini memiliki besaran dividen dan prospek yang menarik untuk dicermati oleh para investor.
Rincian Dividen Jumbo dari Emiten Tambang
Untuk ANTM, emiten logam mulia ini menyetujui pembagian dividen saham tahun buku 2024 sebesar Rp 3,6 triliun atau setara dengan Rp 151,77 per saham. Angka ini merepresentasikan 100% dari dividen payout ratio (DPR), konsisten dengan kebijakan ANTM pada tahun 2023 lalu. Pada penutupan perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) Kamis, 19 Juni 2025, harga saham ANTM berada di level Rp 3.330, mengalami penurunan 220 poin atau 6,20% dibandingkan hari sebelumnya. Dengan harga tersebut, dividen yield saham ANTM tercatat sebesar 4,56%.
Selanjutnya, PTBA akan membagikan dividen saham tahun buku 2024 sebesar Rp 3,8 triliun atau Rp 332 per saham. Berdasarkan informasi dari Stockbit Sekuritas, jumlah dividen ini setara dengan 75% dividen payout ratio (DPR) PTBA, serupa dengan DPR pada tahun 2023. Pada penutupan perdagangan saham di BEI Kamis, 19 Juni 2025, harga saham PTBA ditutup di level Rp 2.990, turun 30 poin atau 0,99% dibandingkan sehari sebelumnya. Dengan harga tersebut, nilai pembagian dividen saham PTBA menawarkan dividen yield yang cukup menggiurkan, yakni sebesar 11,10%.
Terakhir, TINS memutuskan untuk membagikan dividen tunai mencapai Rp 474,65 miliar atau sekitar Rp 63,73 per saham. Rasio tebaran dividen atau dividen payout ratio TINS berada pada angka 40%. Pada penutupan perdagangan Kamis, 19 Juni 2025, harga saham TINS tercatat di level Rp 1.115, mengalami koreksi 35 poin atau 3,04% dibandingkan sehari sebelumnya. Dengan harga tersebut, imbal hasil atau yield dividen saham TINS mencapai 5,72%.
Dana Investor Masuk Rp 16,32 T, Ini Cara Pemesanan Sukuk Ritel SR022 Kupon 6,55%
Tonton: Bakal Gantikan Ditjen Pajak, Prabowo Bentuk Struktur Badan Penerimaan Negara
Jadwal pembayaran dividen PTBA, ANTM dan TINS
Berdasarkan keterbukaan informasi pada Jumat, 13 Juni 2025, berikut adalah jadwal lengkap pembagian dividen saham dari ketiga emiten tambang tersebut yang perlu dicatat investor:
Jadwal Pembagian Dividen Saham PTBA:
Jadwal Pembayaran Dividen Saham ANTM:
Jadwal Pembagian Dividen Saham TINS:
Klik Sscasn.bkn.go.id, Pengumuman Hasil Seleksi PPPK 2024 Tahap 2 Keluar Bertahap
Rekomendasi Saham dari Para Analis
Prospek ketiga saham pertambangan ini juga menjadi sorotan para analis pasar modal yang memberikan pandangan dan target harga. Oktavianus Audi, VP Marketing, Strategy and Planning Kiwoom Sekuritas, memberikan analisanya secara mendalam.
Menurut Audi, pembagian dividen ANTM sejalan dengan rencana capital expenditure (capex) perseroan sebesar Rp 3,7 triliun. Rencana ini masih dapat ditutupi oleh kas dan laba bersih perusahaan yang melonjak 794% year on year (yoy) pada kuartal I 2025, sehingga neraca keuangan tetap terjaga solid. Oleh karena itu, Audi merekomendasikan beli untuk ANTM dengan target harga Rp 3.450 per saham.
Sementara itu, untuk PTBA, jumlah dividen yang dibagikan seiring dengan capex agresif pada tahun 2025 yang mencapai Rp 7,2 triliun, atau naik tiga kali lipat dari tahun sebelumnya. Audi berpendapat, hal ini cenderung dapat membuat PTBA tidak mencapai 100% pembagian dividen. Ia juga memprediksi kinerja PTBA akan cenderung tertekan karena stagnansi pertumbuhan harga komoditas batu bara dari US$ 124 per ton menjadi US$ 104 per ton di akhir kuartal I, serta capex untuk proyek rel dan hilirisasi batu bara (Dimethyl Ether/DME) yang dapat menekan arus kas. Dengan demikian, Audi merekomendasikan hold untuk PTBA dengan target harga Rp 3.100 per saham.
Di sisi lain, prospek TINS sejalan dengan pola historis dan lonjakan laba bersih tahun 2024 yang mencapai 363% yoy. Berdasarkan faktor-faktor ini, Audi merekomendasikan trading buy untuk TINS dengan target harga Rp 1.370 per saham.
Secara keseluruhan, Audi melihat prospek kinerja keuangan ANTM dan TINS masih positif di tahun 2025. Hal ini didorong oleh peningkatan harga komoditas emas yang mencapai US$ 3.120 per ons troi dan timah yang rebound ke US$ 35.000 per ton pada kuartal I 2025, seiring dengan ketidakpastian pasar yang meningkat. Selain itu, proyek ekosistem electric vehicle (EV) dan hilirisasi juga menjadi pendorong positif, meskipun tantangan oversupply nikel tetap ada.
Indy Naila, Investment Analyst Edvisor Profina Visindo, juga berbagi pandangannya mengenai saham-saham ini. Ia menilai ANTM masih menarik karena permintaan emas yang tinggi, serta potensi peningkatan permintaan nikel untuk kendaraan listrik. Optimalisasi sektor ritel emas dan ekspansi smelter nikel juga menjadi faktor pendukung. Indy merekomendasikan buy on weakness untuk ANTM dengan target harga Rp 3.800 – Rp 4.000 per saham.
Untuk PTBA, prospeknya masih sangat bergantung pada pergerakan harga komoditas batu bara, sehingga perlu memantau permintaan dari Tiongkok dan India. Indy merekomendasikan beli untuk PTBA dengan target Rp 3.100 per saham. Begitu pula dengan TINS, yang juga harus memantau fluktuasi harga komoditas timah. Ia merekomendasikan speculative buy untuk TINS dengan target harga Rp 1.365 per saham.
Analisis lain datang dari Muhammad Wafi, Analis Korea Investment and Sekuritas Indonesia (KISI). Ia merekomendasikan buy on weakness untuk ANTM dengan target harga di level support Rp 3.600 per saham.
Terakhir, William Hartanto, Praktisi Pasar Modal dan Founder WH-Project, merekomendasikan beli untuk ANTM dengan target harga Rp 3.600 – Rp 3.800 per saham. Selain itu, ia juga merekomendasikan beli untuk PTBA dengan target harga Rp 3.140 – Rp 3.300 per saham.
Hampir Habis! 93,3% Bitcoin Sudah Ditambang, Apa yang Akan Terjadi?