
HargaPer.com – Murah &Terbaik – , Jakarta – Evolusi boarding pass telah mengikuti jejak perkembangan zaman. Dari selembar tiket pesawat yang ditulis tangan tanpa nomor tempat duduk yang sekaligus berfungsi sebagai boarding pass, kemudian dicetak menggunakan komputer, hingga kini hadir dalam bentuk kode QR yang langsung dikirimkan ke ponsel penumpang. Meskipun boarding pass digital menawarkan kepraktisan dan dikenal lebih ramah lingkungan, tak sedikit pelancong yang memilih untuk kembali mencetak boarding pass fisik. Lantas, mengapa demikian?
Salah satu alasan paling umum adalah potensi masalah teknis pada ponsel. Bayangkan, Anda telah mengantre panjang di pemeriksaan keamanan atau gerbang keberangkatan, namun saat tiba giliran Anda, ponsel yang menyimpan boarding pass tiba-tiba mati karena kehabisan baterai atau mengalami kerusakan layar. Kejadian semacam ini seringkali menimpa para pelancong, memaksa mereka harus kembali ke meja check-in untuk mencetak ulang boarding pass, sebuah kerepotan yang dapat dihindari.
Selain masalah daya baterai, keterbatasan sinyal seluler atau akses Wi-Fi di area bandara juga menjadi pertimbangan penting. Adam Scott, pendiri BermudAir, sebuah maskapai penerbangan yang berbasis di Bermuda, secara khusus menyarankan penumpang untuk membawa salinan cetak boarding pass. “Di beberapa bandara internasional, layanan seluler atau akses Wi-Fi mungkin terbatas,” ungkapnya. “Memiliki salinan fisik membantu menghindari stres yang tidak perlu dan memastikan pengalaman check-in serta boarding yang lancar dari awal hingga akhir.” Meskipun kekhawatiran terkait sinyal dapat diatasi dengan mengambil tangkapan layar boarding pass sebelumnya, tak jarang penumpang lupa melakukannya. Ditambah lagi, jika ponsel mati total, salinan cetak tetap menjadi solusi krusial.
Masalah teknis pada ponsel atau jaringan bukanlah satu-satunya alasan. Aplikasi maskapai penerbangan pun tidak selalu sempurna. Rebekah Ingraham, seorang penasihat perjalanan, berbagi pengalaman buruk saat aplikasi yang digunakannya mengalami eror. “Kami sedang dalam perjalanan singkat melalui Paris, dan boarding pass seluler saya terus berubah dari tersedia menjadi tidak tersedia di aplikasi maskapai,” tuturnya, seperti dilansir Travel and Leisure. Mantan pramugari sekaligus pakar perjalanan, Bobby Laurie, juga merasakan hal serupa. “Begitu penerbangan saya dibatalkan, dan untuk memesan ulang tiket saya, agen di bandara perlu memindai boarding pass saya,” kenang Laurie. Ia harus menunggu selama 20 menit hingga agen berhasil memeriksa reservasi dan melacak boarding pass yang ‘hilang’ sebelum bisa melakukan pemesanan ulang. Dalam skenario darurat seperti itu, selisih 20 menit bisa berarti perbedaan antara berhasil naik pesawat berikutnya yang berangkat malam itu atau harus menunggu hingga keesokan harinya.
Keunggulan lain dari boarding pass cetak terletak pada kelengkapan informasinya. Seringkali, boarding pass fisik menyertakan nomor tiket yang mungkin sangat diperlukan jika Anda harus menghubungi maskapai untuk mengajukan permintaan pengembalian dana. Sebaliknya, boarding pass digital umumnya hanya menampilkan nomor konfirmasi, yang mungkin tidak cukup untuk semua keperluan administrasi pasca-penerbangan. Mempertimbangkan berbagai skenario tak terduga ini, memiliki salinan cetak boarding pass dapat memberikan ketenangan pikiran ekstra bagi para pelancong.