Di tengah dinamika ekonomi global yang penuh tantangan, Bank Mandiri menunjukkan ketangguhan luar biasa dengan menjaga momentum pertumbuhan kinerja pada sembilan bulan pertama tahun 2025. Berdasarkan laporan keuangan yang dirilis pada September 2025, bank dengan kode emiten BMRI ini berhasil membukukan laba bersih sebesar Rp 4,14 triliun, meningkat 1,84 persen secara bulanan atau month on month (MoM).
Pencapaian impresif ini menegaskan fundamental bisnis Bank Mandiri yang solid serta efektivitas strategi pengelolaan pendapatan dan biaya yang diterapkan secara disiplin. Pertumbuhan laba tersebut secara signifikan didorong oleh peningkatan pendapatan non-bunga atau fee-based income yang terus menguat, bahkan kontribusinya terhadap total pendapatan mencapai 32 persen. Novita Widya Anggraini, Direktur Finance & Strategy Bank Mandiri, menyampaikan dalam keterangan resminya pada Rabu (29/10) bahwa perseroan terus memperkuat fundamental keuangan yang berkelanjutan melalui diversifikasi sumber pendapatan, penguatan digital banking, serta efisiensi biaya yang terukur.
Tidak hanya itu, sektor digital banking Bank Mandiri juga mencatatkan pertumbuhan pendapatan sebesar 11 persen MoM, yang terutama dikontribusikan oleh kinerja aplikasi super Livin’ dan platform super KOPRA. Di samping itu, pendapatan treasury turut melonjak 10 persen. Kedua sektor strategis ini secara konsisten menjadi pendorong utama peningkatan fee-based income Bank Mandiri. Perseroan juga aktif memperluas sumber pendapatan yang bersifat berulang, guna memastikan kesinambungan profitabilitas di tengah perubahan dinamika ekonomi yang cepat.
Fungsi intermediasi Bank Mandiri tetap menunjukkan kinerja yang solid. Penyaluran kredit konsolidasi per September 2025 mencapai Rp 1.764 triliun, sementara penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) mencapai Rp 1.884 triliun. Angka-angka ini tidak hanya mencerminkan ekspansi bisnis yang sehat, tetapi juga pertumbuhan yang berada di atas rata-rata industri perbankan nasional. Performa ini membuktikan kemampuan perseroan dalam menjaga keseimbangan antara agresivitas ekspansi bisnis dengan prinsip kehati-hatian. Sebagai nilai tambah terhadap fundamental yang kuat, kualitas aset Bank Mandiri juga terjaga dengan sangat baik, terlihat dari rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) yang berada di level 1,03% pada September 2025, jauh lebih rendah dari rata-rata industri pada periode yang sama.
Selaras dengan kinerja yang prima, Bank Mandiri juga telah mengumumkan pelaksanaan program pembelian kembali saham atau buyback, sebuah aksi korporasi yang sebelumnya telah disetujui dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) pada Maret 2025. Aksi ini merupakan bentuk konkret keyakinan manajemen terhadap fundamental perusahaan yang kokoh dan prospek jangka panjang industri perbankan nasional. Novita menambahkan, “Buyback ini menjadi sinyal kepercayaan manajemen perseroan terhadap kekuatan model bisnis dan nilai jangka panjang Bank Mandiri.”
Selain bertujuan untuk memperkuat nilai bagi pemegang saham, saham hasil buyback juga disiapkan untuk mendukung program kepemilikan saham pegawai atau Employee Stock Ownership Program (ESOP). Langkah ini menegaskan konsistensi manajemen dalam menjaga keseimbangan tata kelola perusahaan yang baik dan keberlanjutan nilai bagi seluruh pemangku kepentingan.
Melalui kombinasi antara kinerja keuangan yang resilien, pertumbuhan intermediasi yang sehat, serta strategi pengelolaan modal yang proaktif, Bank Mandiri optimistis mampu menjaga pertumbuhan berkualitas sekaligus memberikan nilai tambah secara berkelanjutan. Novita menyimpulkan, “Kami melihat momentum pertumbuhan ini sebagai bukti solidnya fundamental dan strategi yang kami jalankan. Ke depan, kami akan terus memperkuat peran Bank Mandiri dalam menciptakan nilai tambah bagi perekonomian nasional, sejalan dengan semangat Sinergi Majukan Negeri.”