
Para pencinta dinosaurus di seluruh dunia pasti sudah tak sabar menantikan kehadiran Jurassic World Rebirth yang akan tayang di Indonesia pada Rabu (2/7/2025). Film ini digadang-gadang akan membawa nuansa yang jauh lebih gelap, menyeramkan, dan intens dibandingkan film-film Jurassic Park sebelumnya. Antusiasme penggemar semakin memuncak dengan kehadiran jajaran aktor papan atas, seperti Scarlett Johansson dan Mahershala Ali, serta sutradara sekaliber Gareth Edwards.
Gareth Edwards bukanlah nama asing dalam kancah perfilman fiksi ilmiah dan monster. Sutradara asal Inggris ini dikenal akan ciri khas visualnya yang megah, atmosfer yang suram, serta cerita yang selalu fokus pada perspektif manusia biasa di tengah kekacauan besar. Reputasinya semakin kokoh setelah mengarahkan film-film ikonik seperti Godzilla (2014) dan Rogue One: A Star Wars Story (2016), yang membuktikan kemampuannya menggarap skala besar tanpa menghilangkan sentuhan emosional.
Sambil menanti Jurassic World Rebirth tayang di bioskop, tak ada salahnya menyimak kembali karya-karya lain Edwards yang tak kalah brilian. Berikut ini empat rekomendasi film Gareth Edwards yang wajib kamu tonton sebelum menyambut petualangan dinosaurus terbarunya!
1. Monsters (2010)
Monsters menandai debut penyutradaraan film panjang pertama bagi Gareth Edwards. Luar biasanya, di sini ia tak hanya berperan sebagai sutradara dan penulis naskah, tetapi juga merangkap desainer produksi, sinematografer, dan penata efek visual. Lebih mengagumkan lagi, Monsters berhasil dibuat hanya dengan bujet 500 ribu dolar AS dan kru inti yang konon hanya terdiri dari empat orang!
Film ini berlatar enam tahun setelah wahana NASA tak sengaja membawa kembali organisme asing dari tata surya lain. Sampel tersebut jatuh di wilayah Meksiko, memicu kemunculan makhluk raksasa mirip cumi-cumi yang menyebar hingga ke perbatasan AS. Di tengah kekacauan ini, seorang fotografer bernama Andrew (Scoot McNairy) ditugaskan menjemput dan mengantar putri bosnya, Samantha (Whitney Able), dari zona terinfeksi menuju wilayah aman di AS.
Berbeda dari film monster pada umumnya, Monsters justru lebih fokus pada perjalanan karakter utama dan dinamika hubungan mereka. Edwards mengandalkan pendekatan atmosferik dengan sinematografi natural dan dialog improvisasi, menciptakan nuansa realisme yang kuat. Ketegangan dibangun perlahan, dan justru karena para monsternya jarang diperlihatkan secara gamblang, atmosfer mencekamnya terasa makin menusuk dan membekas.
2. Godzilla (2014)
Kepiawaian Gareth Edwards dalam Monsters berhasil menarik perhatian studio besar sekelas Warner Bros. dan Legendary Pictures. Pada 2014, Edwards dipercaya mengarahkan Godzilla, sebuah film reboot dari monster ikonik asal Jepang tersebut. Film ini menjadi pembuka Monsterverse dan upaya Hollywood untuk menebus kegagalan Godzilla versi Roland Emmerich yang dirilis tiga dekade silam.
Godzilla mengangkat kisah tentang kemunculan makhluk raksasa bernama M.U.T.O. yang mengacaukan ekosistem global dengan menyerap radiasi. Di tengah kepanikan dunia, Godzilla muncul sebagai makhluk purba penyeimbang alam yang siap menghadapi ancaman baru tersebut. Film ini juga mengikuti Ford Brody (Aaron Taylor-Johnson), seorang prajurit Amerika yang berusaha menyelamatkan keluarganya di tengah kekacauan yang melanda.
Meski sisi drama manusianya terkadang terasa kurang menggigit, Godzilla tetap tampil mengesankan berkat efek visual spektakuler dan komposisi adegan yang sangat sinematik. Klimaks film yang menghadirkan duel epik antara Godzilla dan dua M.U.T.O. dikemas dengan memukau, lengkap dengan atmosfer kelam dan musik garapan Alexandre Desplat yang mencekam. Melalui film ini, Edwards berhasil membawa Godzilla kembali ke akarnya sebagai ancaman sekaligus penjaga alam.
3. Rogue One: A Star Wars Story (2016)
Dari dunia monster, Gareth Edwards beralih haluan untuk menangani salah satu spin-off paling ambisius dari saga Star Wars, yaitu Rogue One: A Star Wars Story. Film ini mengambil latar waktu di antara Episode III dan Episode IV, tepat sebelum peristiwa di A New Hope (1977) dimulai. Tak hanya sukses besar dengan dua nominasi Oscar, Rogue One juga mengantongi pendapatan fantastis sebesar 1,1 miliar dolar AS di seluruh dunia.
Ceritanya mengikuti Jyn Erso (Felicity Jones), seorang kriminal kecil yang direkrut oleh aliansi pemberontak untuk menjalankan misi penting. Ayahnya, Galen Erso (Mads Mikkelsen), adalah ilmuwan yang dipaksa Kekaisaran untuk membangun senjata super bernama Death Star. Setelah mengetahui bahwa sang ayah sengaja menyabotase proyek tersebut, Jyn dan timnya bertekad mencuri cetak biru Death Star demi menyelamatkan galaksi dari ancaman kehancuran.
Rogue One: A Star Wars Story disebut ambisius karena berani menyuguhkan kisah Star Wars tanpa Jedi maupun fokus pada keluarga Skywalker. Sebagai gantinya, Edwards menawarkan drama perang yang kelam dan realistis, lengkap dengan karakter-karakter yang rentan dan akhir tragis yang menggetarkan. Klimaksnya yang begitu eksplosif dan emosional tersebut menjadikannya salah satu penutup terbaik dalam sejarah Star Wars, membuktikan bahwa keberanian bisa berbuah mahakarya.
4. The Creator (2023)
Dua tahun lalu, tepatnya setelah tujuh tahun absen pasca Rogue One: A Star Wars Story, Gareth Edwards akhirnya kembali lewat film orisinal berjudul The Creator. Karya ini menandai kembalinya Edwards ke genre fiksi ilmiah yang lebih personal, bebas dari belenggu waralaba besar. Hasilnya? Sebuah film fiksi ilmiah yang berani tampil beda di tengah banjirnya film aksi futuristik dengan ide-ide orisinal.
The Creator mengambil latar di masa depan, saat manusia tengah berperang dengan AI yang berkembang pesat di kawasan “New Asia”. Cerita berpusat pada Joshua (John David Washington), mantan tentara yang ditugaskan menyusup ke komunitas AI untuk memburu penciptanya, sambil berharap bisa menemukan kembali istrinya, Maya (Gemma Chan). Namun, segalanya berubah saat ia bertemu Alfie (Madeleine Yuna Voyles), robot berwujud bocah yang diyakini bisa mengakhiri perang tersebut.
Secara visual, The Creator adalah salah satu film paling memukau sepanjang 2023. Dengan bujet yang jauh lebih kecil dibandingkan film-film Marvel (hanya 80 juta dolar AS!), Edwards berhasil menciptakan dunia futuristik yang padat detail, estetis, dan sangat orisinal. Sementara dari sisi cerita, film ini juga menyentuh hati lewat relasi hangat Joshua dan Alfie yang mengembuskan harapan serta kemanusiaan di tengah konflik brutal yang tak berkesudahan.
Karya-karya Gareth Edwards sebelum Jurassic World Rebirth di atas memberi gambaran jelas tentang kapasitasnya sebagai sutradara visioner dan ahli cerita. Dari Monsters yang intim dan atmosferik hingga Rogue One yang megah dan emosional, Edwards selalu berhasil menghadirkan sentuhan manusiawi dalam skala sinematik yang luar biasa. Kalau film-film sebelumnya saja sudah sekeren itu, bisa dibayangkan betapa spektakulernya Jurassic World Rebirth nanti, yang pastinya akan menjadi tontonan wajib bagi para penggemar!
Urutan Film Sebelum Nonton Jurassic World Rebirth, Berdasar Tahun Rilisnya!