
Setiap orang pasti memiliki kisah hidupnya sendiri, namun tidak semua mampu menjalaninya dengan ketangguhan luar biasa. Perkenalkan Elfa, seorang perempuan tangguh yang mengukir kisahnya sendiri di tanah perantauan. Sekilas, hidupnya mungkin tampak biasa, namun bagi siapa pun yang mengenalnya, akan segera menyadari ada keistimewaan yang terpancar dari setiap langkahnya.
Sebagai seorang perantau, Elfa harus berjuang seorang diri, jauh dari sanak keluarga, hanya ditemani oleh putra remajanya. Perjalanan kariernya pun tak mudah; setelah hampir satu dekade mengabdi sebagai tenaga kontrak, ia akhirnya berhasil meraih status ASN melalui jalur PPPK. Namun, capaian ini tidak lantas membuat hidupnya bergelimang kemudahan. Dalam keterbatasan, ia tetap berjuang menopang kebutuhan anaknya, bahkan dengan menerima jasa cuci dan setrika baju secara manual, tanpa bantuan mesin.
Sungguh mengagumkan, Elfa tak pernah sedikit pun merasa malu dengan pekerjaan tambahan sebagai tukang cuci gosok. “Nggak papa… yang penting halal,” ujarnya mantap, menunjukkan keteguhan hati. Lebih jauh, ia mengungkapkan, “Sejak suami nggak ada, ya artinya tanggung jawab nafkah itu ada di aku… ya udah ikhlas aku bekerja.” Pengakuan ini adalah tamparan nyata bagi saya, yang terkadang masih mengeluh dan sulit berikhlas menerima kenyataan. Dari Elfa, saya belajar arti sesungguhnya dari rasa bersyukur dan pantang menyerah, serta prinsip bahwa setiap kehidupan patut untuk diperjuangkan.
Semangat Elfa tak pernah padam. Terbukti, di bulan Ramadan ini, sepulang kerja ia masih menyempatkan diri untuk berdagang takjil. Ia mengambil takjil dari pedagang besar dan menjualnya kembali di sekitar rumahnya. Semua dilakukan dengan penuh vitalitas, tanpa ragu atau malu. Ia menatap setiap usahanya dengan keyakinan diri yang tinggi, menunjukkan bahwa ia percaya diri dengan setiap ikhtiarnya.
Kekuatan sejati Elfa, menurut saya, bukan terletak pada prestasi gemilang atau kekayaan materi, melainkan pada ketegaran dan ketangguhannya dalam menghadapi segala keterbatasan hidup—sebuah kualitas langka yang tidak dimiliki banyak orang. Di tengah perjuangannya, ia bahkan tak jarang menyisihkan rezekinya untuk bersedekah subuh di masjid. Kesulitan hidup justru mengasah kepekaan dan kepeduliannya yang tinggi terhadap sesama. Tak hanya itu, ketaatannya dalam beribadah pun patut dicontoh; ia tak pernah meninggalkan salat lima waktu dan selalu menyempatkan salat Duha di sela-sela jam kerjanya.
Masya Allah, kesederhanaan hidup yang diwarnai dengan segudang semangat, keikhlasan, kesabaran, ketangguhan, dan kepedulian inilah yang membuat saya begitu terinspirasi oleh sosok Elfa. Di saat banyak orang sibuk mengeluhkan keadaan, ia justru menjadi sumber “positive vibes” bagi sekelilingnya. Berada di dekatnya seringkali membuat saya merasa terdorong untuk menjadi pribadi yang lebih positif, seolah selalu ada ide dan pelajaran hidup berharga yang bisa saya petik darinya.
Seringkali, inspirasi sejati tidak hanya berasal dari individu dengan segudang prestasi, kecantikan fisik, kemewahan, atau kesuksesan yang gemilang. Justru, inspirasi hidup yang paling mendalam seringkali datang dari kehidupan di sekitar kita—sosok-sosok yang mungkin kita anggap biasa atau remeh, namun nyatanya mampu mengubah pola pikir kita menjadi jauh lebih baik. Elfa adalah bukti nyata akan hal itu; ia telah mengajari saya untuk selalu bersyukur dengan hidup dan memberikan banyak pelajaran berharga, baik secara langsung maupun tidak langsung. Saya percaya, kemampuan untuk menyebarkan energi positif dan menginspirasi orang lain adalah sebuah anugerah langka yang tidak semua orang miliki.
Terima kasih, Elfa. Darimu, saya belajar banyak tentang hakikat dan makna kehidupan yang sebenarnya.