Cermati Proyeksi Pergerakan IHSG untuk Hari Ini (24/6)

HargaPer.com – Murah &Terbaik JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali menghadapi tekanan signifikan, gagal mempertahankan posisi di atas level psikologis 7.000. Pada penutupan perdagangan Senin (23/6), IHSG terparkir di level 6.790,13, mencatatkan pelemahan 1,69% secara harian.

Kinerja pasar saham domestik ini tak lepas dari bayang-bayang eskalasi konflik geopolitik yang memanas. Kondisi pasar global saat ini sangat dipengaruhi oleh serangan Amerika Serikat terhadap tiga fasilitas nuklir Iran di Natanz, Fordow, dan Isfahan pada 21 Juni lalu, memicu kekhawatiran yang mendalam.

Head of Research Kiwoom Sekuritas, Liza Camelia Suryanata, mengemukakan pandangannya bahwa tekanan jual di pasar akan terus berlanjut dalam jangka pendek. Menurut Liza, gejolak di Timur Tengah secara inheren meningkatkan tingkat risiko pasar di seluruh dunia, mendorong investor untuk bersikap lebih hati-hati.

“Pasar saham, termasuk IHSG, cenderung tertekan karena meningkatnya risiko eskalasi konflik. Investor saat ini memilih untuk menghindari aset berisiko dan secara cermat menanti klarifikasi lebih lanjut terkait respons Iran serta sikap negara-negara besar lainnya,” jelas Liza kepada Kontan pada Senin (23/6).

Dalam skenario terburuk, ancaman penutupan Selat Hormuz dan terganggunya pasokan minyak dari Iran dapat memicu lonjakan harga minyak hingga menembus level US$ 130 per barel. Bersamaan dengan itu, inflasi di Amerika Serikat diproyeksikan bisa mencapai 6% pada akhir tahun. Kondisi ini berpotensi besar menghilangkan peluang pemangkasan suku bunga oleh The Fed, yang sangat dinantikan pelaku pasar.

IHSG Ditutup Jatuh 1,74% ke 6.787,14 Senin (23/6), Top Losers LQ45: PTBA, CTRA, MAPI

Liza menambahkan, implikasi dari kenaikan harga minyak akan sangat terasa bagi negara-negara pengimpor energi seperti Jepang, India, dan Pakistan, yang diperkirakan akan menjadi pihak yang paling terdampak. Sebaliknya, negara-negara produsen minyak seperti negara-negara Teluk, Nigeria, Angola, dan Venezuela justru diproyeksikan akan memperoleh keuntungan fiskal yang signifikan dari lonjakan harga komoditas ini.

Sepanjang sepekan terakhir, pasar global telah berada dalam mode waspada penuh. Harga minyak mentah melonjak tajam, mengerek saham-saham di sektor energi dan pertahanan, sementara itu, saham-saham teknologi justru mengalami tekanan. Imbal hasil obligasi mengalami penurunan, dan dolar AS menguat sebagai aset safe-haven. Di sisi lain, The Fed memutuskan untuk mempertahankan suku bunga, namun sinyal yang diberikan mengenai arah kebijakan di masa depan masih terbagi, menambah ketidakpastian.

“Pekan ini, fokus utama pelaku pasar akan tertuju pada sikap lanjutan Iran, kebijakan yang akan diambil oleh Presiden AS Donald Trump, dinamika pergerakan harga minyak global, serta rilis data Purchasing Managers’ Index (PMI) dari sejumlah negara ekonomi utama seperti Amerika Serikat, zona euro, Inggris, Jerman, dan Jepang,” imbuhnya.

Dari perspektif teknikal, Liza mencatat bahwa IHSG telah berhasil mencapai target konsolidasi yang diproyeksikan berada di kisaran 6.766 – 6.750, sesuai dengan pola double top. Meskipun sempat muncul pola candle pembalikan (bullish reversal) yang menjanjikan, ia menilai fase konsolidasi ini belum benar-benar berakhir sepenuhnya.

“Saya tidak yakin konsolidasi ini akan berakhir secepat itu. Namun, rebound yang terjadi kemarin cukup menarik untuk dicermati dari sudut pandang teknikal,” jelasnya, memberikan sedikit optimisme di tengah sentimen negatif.

Dalam waktu dekat, IHSG berpotensi untuk menguji level gap di 6.874 dan mencoba kembali bergerak di atas 7.000. Kendati demikian, pergerakan indeks akan sangat ditentukan oleh perkembangan situasi geopolitik yang fluktuatif serta rilis data-data ekonomi makro global yang menjadi penggerak pasar.

You might also like