Solo Raya Kinclong: Sektor Jasa Keuangan Tumbuh Positif!

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Solo melaporkan stabilitas dan pertumbuhan positif pada sektor jasa keuangan di wilayah Solo Raya hingga September 2025. Meskipun beberapa indikator menunjukkan perlambatan, secara keseluruhan, industri ini dinilai sehat dengan profil risiko yang terkendali.

Kepala OJK Solo, Eko Hariyanto, menegaskan bahwa ketahanan sektor jasa keuangan di Solo Raya tetap kuat. “Secara umum, kondisi industri jasa keuangan di Solo Raya terjaga stabil. Aset perbankan tumbuh, jumlah investor meningkat, dan berbagai program perluasan akses keuangan terus berjalan. Walaupun ada penurunan di beberapa indikator seperti kredit dan pembiayaan, risiko industri masih dalam batas wajar dan termitigasi,” jelas Eko kepada wartawan di Solo, pada hari Selasa, 18 November 2025.

Sektor perbankan mencatatkan peningkatan total aset sebesar 3,62 persen, mencapai Rp 113,93 triliun. Namun, penyaluran kredit mengalami penurunan sebesar 4,02 persen atau Rp 4,33 triliun. Sementara itu, Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh 5,38 persen menjadi Rp 103,25 triliun, dengan likuiditas yang tetap terjaga pada level LDR 99,97 persen. Kredit modal kerja masih mendominasi penyaluran kredit, mencapai Rp 54,94 triliun.

“Kami terus mendorong perbankan untuk memperkuat intermediasi, terutama untuk sektor produktif, agar mampu menopang pertumbuhan ekonomi daerah,” imbuh Eko.

Di sisi pasar modal, jumlah investor di Solo Raya mengalami peningkatan signifikan. Pada Agustus 2025, total Single Investor Identification (SID) naik 5,58 persen secara bulanan dan 22,99 persen secara tahunan. Kota Solo mencatat nilai transaksi saham tertinggi, yaitu Rp 1,39 triliun. Meskipun terjadi penurunan transaksi secara bulanan, nilai transaksi saham justru melonjak 54,06 persen dibandingkan tahun sebelumnya.

“Pendapatan premi asuransi pada Triwulan I 2025 naik 5,11 persen menjadi Rp 419,05 miliar, terutama didorong oleh pertumbuhan premi asuransi jiwa. Di sisi lain, total klaim turun 15,01 persen menjadi Rp 330,38 miliar,” ungkap Eko.

Dana pensiun juga mengalami kenaikan aset dan investasi sekitar 3,5–3,9 persen secara tahunan. Sementara itu, perusahaan pembiayaan mencatat kenaikan piutang sebesar 0,95 persen, meskipun diikuti dengan peningkatan Non-Performing Financing (NPF) ke level 6,16 persen. Aset Lembaga Keuangan Mikro/Syariah (LKM/S) naik menjadi Rp 21,69 miliar dan laba meningkat signifikan menjadi Rp 41,85 juta, meskipun total pembiayaan turun hampir 17 persen secara tahunan.

“Per Oktober 2025, terdapat 84 perusahaan sektor jasa keuangan yang berkantor pusat di wilayah kerja OJK Solo, dengan ratusan kantor cabang dari subsektor perbankan, pembiayaan, pergadaian, hingga modal ventura,” jelasnya lebih lanjut.

OJK Solo aktif melaksanakan kegiatan edukasi, dengan total 73 kegiatan yang melibatkan 20.728 peserta. Pengaduan resmi yang masuk mencapai 328 layanan, sedangkan layanan *walk-in* mencapai 811 layanan, yang didominasi oleh kasus pinjaman online, penipuan, dan perbankan. “Hingga akhir Oktober, tercatat ada 11.344 layanan,” tuturnya.

Program Tim Percepatan Akses Keuangan Daerah (TPAKD), seperti SimPel, Sekolah Pasar Modal, Tabungan Emas, dan Kredit/Pembiayaan Melawan Rentenir (K/PMR) terus digencarkan. Program Melawan Rentenir telah menjangkau 7.690 debitur dengan total pembiayaan Rp 28,04 miliar.

OJK Solo juga memperkuat sinergi melalui Satuan Tugas Pemberantasan Aktivitas Keuangan Ilegal (Satgas PASTI) untuk memberantas aktivitas keuangan ilegal. Salah satu contohnya adalah sosialisasi bersama Polres Wonogiri pada 23 Oktober lalu.

“Kami berkomitmen untuk menjaga industri jasa keuangan tetap sehat sekaligus melindungi masyarakat dari aktivitas ilegal. Upaya literasi dan pemberdayaan keuangan akan terus kami tingkatkan,” pungkas Eko.

Pilihan Editor: Sebab Musabab Kredit Macet Pinjaman Online Melonjak

You might also like