Mendaki Gunung Pangradinan, Sabana di Bandung dengan Jalur Menantang

Jakarta – Gunung Pangradinan, sebuah permata tersembunyi di Cikancung, Kabupaten Bandung, kini menjelma menjadi destinasi wisata alam yang kian memikat hati warga Bandung dan sekitarnya. Keunikan gunung ini terletak pada lanskap sabana terbukanya yang memesona, sebuah pemandangan langka di kawasan Bandung Timur yang hijau dan berbukit.

Berdiri megah setinggi 1.236 meter di atas permukaan laut (mdpl), puncak Gunung Pangradinan menyajikan bentang alam yang memukau. Dari ketinggian ini, pengunjung dapat menikmati panorama cekungan Bandung yang luas, lengkap dengan deretan gunung-gunung di sekitarnya yang membingkai horizon. Keindahan visual ini menjadi daya tarik utama bagi para pencari ketenangan dan petualangan.

Perjalanan menuju titik awal pendakian, yang berjarak sekitar 1,5 jam dari pusat Kota Bandung menggunakan kendaraan pribadi, menjanjikan tantangan tersendiri. Akses jalan menuju basecamp Gunung Pangradinan, terutama di beberapa titik dekat tujuan, masih tergolong menantang dengan tanjakan dan kondisi jalan yang kurang mulus. Meski demikian, segala kelelahan selama perjalanan akan terbayar lunas saat tiba di puncak dan disuguhi pemandangan yang luar biasa.

Dibuka untuk Pendakian pada 2018

Gunung Pangradinan pertama kali dibuka untuk pendakian pada tahun 2018, memberikan alternatif baru bagi penggemar alam. Sempat vakum akibat pandemi, kawasan ini kembali dikelola secara aktif oleh warga setempat sejak awal 2024. Sejak saat itu, jumlah pendaki melonjak signifikan, tidak hanya menarik minat wisatawan lokal, tetapi juga mancanegara.

Dadang Sopiandi, pengelola pendakian Gunung Pangradinan, mengungkapkan peningkatan jumlah pengunjung ini. “Awalnya hanya didatangi warga lokal. Tapi sekarang wisatawan mancanegara pun sudah banyak yang datang. Ada yang dari Kenya, Korea, sampai Turki,” tutur Dadang saat dijumpai di lokasi pada Rabu, 16 Juli 2025. Lonjakan popularitas Gunung Pangradinan ini semakin terasa setelah musisi sekaligus penulis terkenal, Fiersa Besari, mengunggah video pendakiannya di kanal YouTube pribadi. Dampak video tersebut begitu besar, memicu peningkatan drastis minat masyarakat untuk mencoba jalur pendakian ini.

“Pernah satu waktu setelah Lebaran, puncak Anieum dipadati lebih dari 150 tenda. Kebanyakan dari luar Bandung, bahkan banyak yang dari Bekasi,” imbuh Dadang, menggambarkan antusiasme yang luar biasa.

Tiket, Fasilitas, dan Jalur Pendakian

Untuk mencapai puncak Gunung Pangradinan, tersedia satu jalur pendakian yang cukup jelas dan mudah ditemukan di peta online dengan mencari Lapangan Padaringan, Cikancung, Kabupaten Bandung. Tiket masuk ke area Gunung Pangradinan dibanderol seharga Rp 10.000 per orang, sudah termasuk air minum kemasan. Bagi yang membawa kendaraan pribadi, biaya parkir motor sebesar Rp 20.000 dan mobil Rp 30.000. Medan menanjak yang dipenuhi bebatuan seringkali mendorong pengunjung untuk memilih menggunakan jasa ojek gunung, dengan tarif mulai dari Rp 50.000 per orang, tergantung kondisi jalan dan cuaca.

Fasilitas di area basecamp maupun di puncak cukup memadai untuk kenyamanan pendaki. Tersedia warung makan, musala, toilet, serta layanan penyewaan alat camping dan pendakian. Harga sewa tenda dimulai dari Rp 80.000 untuk tenda single layer dan Rp 100.000 untuk double layer, termasuk jasa pemasangan. Peralatan esensial lainnya seperti kompor, matras, lampu, dan sleeping bag juga dapat disewa secara terpisah, memudahkan pendaki tanpa perlu membawa banyak perlengkapan.

Meskipun akses menuju jalur pendakian relatif mudah ditemukan, medan pendakian menuju puncak Gunung Pangradinan tidak boleh diremehkan. Tanjakan panjang di beberapa titik dapat menguras tenaga, terutama bagi pendaki yang belum terbiasa dengan aktivitas mendaki gunung.

Jihan, seorang mahasiswa Universitas Padjajaran, berbagi pengalamannya saat mendaki bersama teman-teman SMA-nya pada Rabu, 16 Juli 2025. “Di TikTok katanya landai dan 40 menit, tapi kenyataannya banyak tanjakan panjang. Lumayan bikin kebas juga badan,” ujarnya. Secara umum, waktu tempuh dari basecamp ke puncak Gunung Pangradinan berkisar satu jam dengan berjalan santai. Estimasi ini dapat bervariasi, tergantung pada kondisi fisik dan durasi istirahat selama perjalanan.

Setelah melewati jalur menanjak yang menantang, wisatawan akan tiba di sabana terbuka yang luas, menjadi ciri khas Gunung Pangradinan. Di sini, dua puncak utama menanti untuk dijelajahi: Puncak Anieum (Puncak 1) dan Puncak Mawuk (Puncak 2). Bagi yang ingin menikmati pemandangan paling jelas dan area berkemah yang lebih luas, Puncak Anieum adalah pilihan utama. Saat cuaca cerah, momen matahari terbit atau terbenam menjadi waktu favorit untuk berfoto atau sekadar beristirahat menikmati keindahan alam.

Banyak wisatawan memilih untuk berkemah di puncak Gunung Pangradinan, merasakan keindahan malam di atas ketinggian. Namun, bagi yang hanya ingin mendaki dan turun di hari yang sama, opsi tektokan sangat memungkinkan, selama kondisi fisik mendukung. Di area puncak, warung beratap ijuk siap menyajikan hidangan hangat seperti mi rebus, cuanki, makanan ringan, serta minuman dingin yang menjadi menu andalan bagi pendaki setelah lelah mendaki. Selain itu, warung juga menyediakan kayu bakar untuk api unggun dengan harga Rp 15.000 per ikat, menambah hangat suasana malam di puncak.

Jaga Kebersihan dan Keamanan Kawasan

Pengelola pendakian Gunung Pangradinan menunjukkan komitmen kuat dalam menjaga kebersihan dan keamanan kawasan. Sampah dikumpulkan tiga kali sehari, dan imbauan untuk menjaga kebersihan telah dipasang di berbagai titik strategis.

“Kami bersihkan sampah tiga kali sehari. Tapi tetap butuh kesadaran dari wisatawan juga,” kata Pak Dadang, menekankan pentingnya peran serta pengunjung.

Kawasan sabana terbuka menjadikan Gunung Pangradinan rentan terhadap kekeringan dan risiko kebakaran, khususnya saat musim kemarau. Untuk mengantisipasi hal ini, pengelola secara rutin berpatroli mengelilingi sabana, memantau potensi percikan api akibat teriknya sinar matahari. Jika terdeteksi percikan atau kepulan asap, mereka sigap memadamkan api dengan cara ditepuk-tepuk, sebuah metode yang efektif mengingat rumput di Gunung Pangradinan tidak terlalu tinggi.

Dengan segala tantangan medannya yang memiliki tanjakan terjal, Gunung Pangradinan tetap menjadi pilihan menarik untuk melepas penat dari rutinitas perkotaan. Pemandangan sabana terbuka yang memesona, suasana tenang, dan pengalaman mendaki yang unik menjadikan tempat ini layak dijelajahi. Baik untuk berkemah semalam maupun sekadar menikmati keindahan alam di sekitar Bandung dalam sehari, Gunung Pangradinan menawarkan pengalaman yang tak terlupakan.

SITI LABIBAH FITRIANA
Pilihan Editor: 7 Gunung di Indonesia yang Banyak Didatangi Pendaki Asing

You might also like