Microsoft Cetak Rekor! Valuasi US$ 4 Triliun Gegerkan Wall Street

NEW YORK. Bursa saham Wall Street menunjukkan kinerja cemerlang pada perdagangan Kamis (31/7/2025), melonjak signifikan didorong oleh performa impresif saham-saham teknologi. Lokomotif utama penguatan ini adalah Microsoft, yang mencatatkan pencapaian finansial di luar ekspektasi.

Kinerja Microsoft yang gemilang berhasil mendorong kapitalisasi pasarnya menembus angka fenomenal US$4 triliun. Angka ini menjadikan Microsoft sebagai perusahaan publik kedua, setelah Nvidia, yang berhasil mencapai tonggak sejarah valuasi tersebut. Lonjakan ini secara langsung turut memacu indeks-indeks utama untuk mencetak rekor tertinggi baru.

Pada pukul 09.50 waktu setempat, indeks Dow Jones Industrial Average terpantau naik 88,73 poin atau 0,20%, mencapai level 44.550,01. Sementara itu, indeks S&P 500 melonjak 45,18 poin atau 0,71% ke 6.408,08, dan Nasdaq Composite memimpin penguatan dengan kenaikan 245,09 poin atau 1,16% menuju posisi 21.374,76.

Tak hanya Microsoft, kinerja solid dari perusahaan teknologi lain juga turut menopang penguatan pasar secara keseluruhan. Saham Meta Platforms misalnya, melesat 12,1% mencapai rekor tertinggi baru. Kenaikan ini dipicu oleh proyeksi pendapatan kuartal ketiga yang melampaui estimasi analis, berkat kontribusi signifikan teknologi kecerdasan buatan (AI) terhadap bisnis iklannya. Di sisi lain, saham Nvidia juga terpantau naik lebih dari 1%.

Sebagai cerminan dominasi teknologi, indeks sektor teknologi dan layanan komunikasi dalam S&P 500 masing-masing mencatat rekor tertinggi baru, dengan kenaikan impresif sebesar 1,2% dan lebih dari 3%.

Dari kacamata makroekonomi, Departemen Perdagangan AS melaporkan adanya kenaikan inflasi pada Juni 2025. Peningkatan ini utamanya didorong oleh meningkatnya tarif impor yang berdampak langsung pada harga barang, memperkuat ekspektasi akan adanya tekanan inflasi yang lebih tinggi di paruh kedua tahun ini.

Menanggapi hal tersebut, Clark Bellin, Presiden dan Kepala Investasi Bellwether Wealth, menyatakan, “Data PCE yang dirilis Kamis lebih tinggi dari perkiraan, sehingga meredam harapan penurunan suku bunga. Saat ini belum ada justifikasi untuk penurunan suku bunga.” Ia menambahkan bahwa stabilitas inflasi justru mendukung keputusan Federal Reserve (The Fed) untuk mempertahankan suku bunga pada pertemuan kebijakan yang telah berlangsung pada hari Rabu.

Terpisah dari data inflasi, klaim mingguan tunjangan pengangguran menunjukkan sedikit kenaikan, sebuah indikasi bahwa pasar tenaga kerja AS masih berada dalam kondisi yang solid. Kini, fokus investor beralih pada laporan ketenagakerjaan non-pertanian yang akan dirilis pada hari Jumat, serta perkembangan terkini kebijakan perdagangan AS. Presiden Donald Trump dilaporkan menolak memperpanjang negosiasi dengan negara-negara mitra yang belum mencapai kesepakatan, meningkatkan ketidakpastian menjelang tenggat waktu tarif.

Meskipun ada beberapa tantangan, optimisme yang melingkupi potensi kecerdasan buatan (AI), ketahanan ekonomi AS, serta meredanya kekhawatiran terkait perang dagang, secara kolektif telah mendorong Wall Street ke jalur kenaikan bulanan yang berkelanjutan. Indeks S&P 500 dan Dow Jones diperkirakan akan mencatat kenaikan bulanan ketiga berturut-turut, sementara Nasdaq berpotensi mengukir performa bulanan terbaiknya sejak Maret 2024.

Sebelumnya, Ketua The Fed Jerome Powell pada Rabu lalu telah menegaskan bahwa masih terlalu dini untuk memprediksi adanya penurunan suku bunga pada September, sebuah pernyataan yang disampaikan setelah data PDB kuartal kedua menunjukkan pertumbuhan yang lebih kuat dari perkiraan. Menurut alat FedWatch milik CME, probabilitas The Fed akan mempertahankan suku bunga acuan pada September kini mencapai 58,8%.

Pernyataan Powell ini kembali mengundang kritik dari Presiden Trump. Di sisi lain, Menteri Keuangan AS Scott Bessent mengisyaratkan bahwa pengumuman pengganti Powell berpotensi dilakukan sebelum akhir tahun.

Dalam arena perdagangan internasional, pejabat Uni Eropa telah mengonfirmasi bahwa tarif 15% terhadap produk minuman keras Eropa akan mulai diberlakukan efektif 1 Agustus, sampai tercapainya kesepakatan baru. Negosiasi terkait hal ini dijadwalkan akan dilanjutkan pada musim gugur. Secara terpisah, sebuah kesepakatan perdagangan antara AS dan Korea Selatan yang dicapai pada Rabu menetapkan tarif impor sebesar 15%, sebuah penurunan signifikan dari ancaman sebelumnya yang sebesar 25%.

Di tengah dinamika pasar yang bergejolak, saham Applied Digital melonjak 32,7% setelah melaporkan pendapatan kuartalan yang melampaui estimasi. Namun, perlu dicatat bahwa meskipun indeks utama menguat, jumlah saham yang mengalami penurunan masih lebih banyak dibandingkan yang naik, dengan rasio 1,17 banding 1 di NYSE dan 1,16 banding 1 di Nasdaq.

You might also like